MOSKOW - Rusia menolak mediasi Barat dalam pembicaraan untuk menemukan solusi dari konflik dengan Ukraina, demikian disampaikan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov. Moskow dan Kiev telah sepakat untuk melanjutkan pembicaraan di Istanbul, Turki pada Selasa (29/3/2022).
“Kami siap memberikan kesempatan pada diplomasi. Itu sebabnya kami menyetujui pembicaraan, yang dilanjutkan di Istanbul,” kata Lavrov dalam konferensi video dengan media Serbia pada Senin (28/3/2022).
BACA JUGA: Sejumlah Mantan Pejabat Ukraina Tewas secara Misterius
Pemerintah Turki, yang memiliki hubungan baik dengan Rusia dan Ukraina, telah berupaya keras untuk membuat kedua pihak kembali ke meja perundingan, jelas Lavrov. Namun, dia mengatakan bahwa tidak perlu memasukkan Uni Eropa (UE) atau Amerika Serikat (AS), yang mendukung Kiev dalam konflik dengan Rusia, dalam proses perdamaian.
“Ada banyak contoh saat pencapaian diplomasi dihancurkan oleh rekan-rekan Barat. Mereka tidak bisa dipercaya lagi," kata Lavrov sebagaimana dilansir RT.
“Saya tidak ingin melihat diplomasi antar-jemput dari mitra Barat kami, karena mereka telah melakukan ‘pengangkutan’ – pada Februari 2014 di Ukraina dan pada Februari 2015 di Minsk,” tambahnya.
Lavrov mengingatkan bahwa pada Februari 2014, UE menjadi penjamin perjanjian antara presiden Ukraina saat itu Viktor Yanukovych dan pengunjuk rasa Maidan di Kiev.
BACA JUGA: Diakui Rusia Merdeka dari Ukraina, Ini Sejarah Republik Donbass
“Itu adalah puncak diplomasi. Tapi, keesokan paginya, oposisi meludahi diplomasi itu, dan UE harus menelannya,” ujarnya.
Yanukovich akhirnya digulingkan setelah bentrokan berdarah dan melarikan diri dari negara itu. Setelah penggulingan Yanukovych, otoritas Ukraina yang baru segera mengirim militer mereka ke wilayah timur Donetsk dan Lugansk, di mana sebagian besar penduduk menolak mengakui kudeta di ibu kota.