LVIV - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh Moskow merasa takut oleh wartawan yang bisa mengatakan yang sebenarnya setelah Kremlin berusaha mencegah Rusia melihat wawancara yang dia berikan tentang perang di Ukraina.
Selama wawancara, Zelensky mengkritik keras Moskow tetapi juga membahas kemungkinan kesepakatan untuk mengakhiri perang. Kala itu Zelensky mengatakan Ukraina siap menerima status netral non-nuklir.
Zelensky mengatakan pada Minggu (27/3) bahwa Moskow "takut" dengan kebenaran.
"[Mereka] menghancurkan kebebasan berbicara di negara mereka - [dan] mencoba untuk menghancurkan negara tetangga. Mereka menggambarkan diri mereka sebagai pemain global. Dan mereka sendiri takut akan percakapan yang relatif singkat dengan beberapa jurnalis," katanya dalam sebuah video.
Baca juga: Rusia Peringatkan Media, Jangan Laporkan Wawancara dengan Presiden Ukraina
"Yah, jika ada reaksi seperti itu - maka kami melakukan segalanya dengan benar. [Itu] berarti mereka gugup," lanjutnya.
Wartawan yang mewawancarai Zelensky adalah Ivan Kolpakov dari Meduza, sebuah situs web yang berbasis di Latvia, Vladimir Solovyov dari surat kabar Moskow Kommersant, Tikhon Dzyadko dari saluran TV Rain yang baru saja ditutup, dan penulis terkemuka Mikhail Zygar. Editor Novaya Gazeta Dmitry Muratov, yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian tahun lalu juga memberikan pertanyaan kepada Zelensky sebelum wawancara.
Baca juga: Presiden Ukraina Minta Sanksi Rusia Semakin Ditingkatkan, Termasuk Embargo Minyak
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada CNN pada Senin (28/3) bahwa Rusia tidak takut.
"Kami memiliki undang-undang yang berlaku, dan sangat penting untuk tidak mempublikasikan informasi yang dapat dianggap sebagai pelanggaran undang-undang ini," ujarnya.
Sementara itu, pengawas media Moskow Roskomnadzor mengeluarkan pernyataan pada Minggu (27/3) yang memperingatkan outlet berita Rusia agar tidak menyiarkan ulang atau mendistribusikan wawancara antara Zelensky dan beberapa jurnalis independen paling terkemuka di Rusia.
"Roskomnadzor memperingatkan media Rusia untuk tidak mempublikasikan wawancara ini," kata badan tersebut dalam pernyataannya.
"Outlet media yang melakukan wawancara akan diperiksa untuk menentukan sejauh mana tanggung jawab dan tanggapan yang tepat untuk diambil,” lanjutnya.
Roskomnadzor dalam sebuah pernyataan di aplikasi media sosial Telegram mengatakan beberapa outlet yang berpartisipasi telah secara resmi dicap sebagai "agen asing" oleh pemerintah Rusia.
Pada Senin (28/3), Novaya Gazeta mengumumkan bahwa mereka akan berhenti menerbitkan secara online dan cetak menyusul peringatan dari pemerintah.
Moskow telah menindak media independen dalam beberapa minggu setelah Presiden Vladimir Putin memerintahkan invasi ke Ukraina, dan banyak jurnalis Rusia telah meninggalkan negara asal mereka. Akses ke media asing seperti BBC telah dibatasi.
Anggota parlemen Rusia juga telah mengriminalisasi penyebaran informasi "palsu" yang mendiskreditkan angkatan bersenjata Rusia atau menyerukan sanksi terhadap negara tersebut.
(Susi Susanti)