Kepergian pasukan Rusia dari pinggiran Kyiv telah mengungkap tuduhan kejahatan perang yang mengerikan termasuk eksekusi dan pemerkosaan terhadap warga sipil. Moskow menolak tuduhan itu sebagai provokasi Ukraina dan Barat dan juga menuduh pasukan Ukraina melakukan kekerasan seksual.
Pejabat senior Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Sima Bahous mengatakan kepada Dewan Keamanan (DK) pada Senin (11/4) bahwa sementara semua tuduhan harus diselidiki secara independen, "kebrutalan yang ditampilkan terhadap warga sipil Ukraina telah menaikkan semua bendera merah".
"Kami semakin mendengar tentang pemerkosaan dan kekerasan seksual," katanya.
"Kami tahu dan melihat - dan kami ingin Anda mendengar suara kami - bahwa kekerasan dan pemerkosaan sekarang digunakan sebagai senjata perang oleh penjajah Rusia di Ukraina,” terang Kateryna Cherepakha, presiden kelompok hak asasi La Strada-Ukraina, kepada Dewan melalui video.
Wakil duta besar Rusia untuk PBB membantah tuduhan itu dan menuduh Ukraina dan sekutunya memiliki niat yang jelas untuk menampilkan tentara Rusia sebagai sadis dan pemerkosa.
Kementerian pertahanan Rusia mengatakan pemerintah Ukraina sedang diarahkan Amerika Serikat (AS) untuk menabur bukti palsu kekerasan Rusia terhadap warga sipil meskipun apa yang disebut sebagai "langkah-langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya dari Moskow untuk menyelamatkan warga sipil".