Lavrov menyebut pernyataan itu "keterlaluan." “Ketika seorang kepala diplomatik … mengatakan konflik tertentu hanya dapat diselesaikan melalui aksi militer … Yah, itu pasti sesuatu yang pribadi. Dia salah bicara atau berbicara tanpa berpikir, membuat pernyataan yang tidak diminta oleh siapa pun. Tapi itu komentar yang keterlaluan,” ujarnya.
Dia percaya peran UE telah bergeser selama krisis keamanan Ukraina. Sebelumnya UE tidak bertindak sebagai organisasi militer "berjuang secara kolektif melawan ancaman yang diciptakan." Lavrov mengatakan perubahan itu adalah hasil dari tekanan yang diberikan kepada anggota blok oleh Washington, yang telah mendorongnya lebih dekat ke NATO.
Diketahui, Moskow menyerang tetangganya pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan ketentuan perjanjian Minsk yang ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhirnya Rusia atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk. Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis telah dirancang untuk mengatur status wilayah-wilayah tersebut di dalam negara Ukraina.
Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa.
(Susi Susanti)