Santiago Herrera, seorang pensiunan kolonel tentara, menggambarkan bagaimana dia telah menekan orang-orang yang dia perintahkan "untuk menyebabkan kematian dan menghasilkan hasil".
Herrera mengatakan dia menggunakan sistem "wortel dan tongkat". Dia mengancam mereka yang memberikan laporan buruk, dan memberi penghargaan kepada mereka yang memberikan laporan bagus dengan hari libur ekstra dan bonus.
Dia mengatakan kepada JEP bahwa dia sendiri mendapat tekanan dari kepala angkatan bersenjata pada saat itu untuk menaikkan "tingkat pembunuhan" brigadenya.
"Saya merasa malu dengan kejahatan yang dilakukan oleh brigade saya," ujarnya.
Selain tentara, kerabat para korban juga berbicara di persidangan. Soraida Navarro adalah salah satunya. Ayahnya Jesús Navarro dibunuh oleh tentara 15 tahun yang lalu, keberadaan tubuhnya masih belum diketahui.
"Saya ingin memberinya pemakaman Kristen," katanya kepada mantan tentara sebelum bertanya apakah mereka punya anak.