Tidak hanya rasa cemas, Qiki Piasasty yang tinggal di Vienna, Virginia juga mengaku takut saat harus melepaskan kedua putranya yang berusia 8 dan 13 tahun ke sekolah. Hatinya pilu setiap kali memikirkan kepedihan para orang tua korban.
“Rasanya berlinang air mata dan saya tidak bisa menempatkan diri di posisi mereka, karena sangat sulit. Satu hari Anda bisa melihat anak Anda pergi ke sekolah, di hari lain mereka tidak akan pernah kembali. Saya tidak bisa membayangkannya,” ujarnya sambil terbata-bata.
Namun, Qiki menyadari bahwa anak-anak tidak hanya membutuhkan pendidikan, tapi juga interaksi sosial dengan guru dan teman-temannya.
“Kita banyak berdoa aja, semoga selalu selamat,” lanjutnya.
Berbagai distrik sekolah di seluruh AS tidak tinggal diam untuk meredakan kecemasan para orang tua murid. Salah satu divisi sekolah terbesar di AS, Fairfax County Public Schools (FCPS) yang menangani 198 sekolah dan pusat pendidikan mengirimkan surat edaran yang mengatakan telah “mengutuk tindakan kekerasan yang tidak masuk akal ini.”
Lewat surat edaran itu, Kepala lembaga, Scott Brabrand juga menyebutkan akan terus berusaha untuk meningkatkan keselamatan gedung-gedung sekolah dengan biaya tahunan yang tersedia. Ia juga mengatakan bahwa FCPS memiliki salah satu sistem keamanan sekolah yang paling maju di seluruh negeri.
Lembaga yang memiliki murid lebih dari 180 ribu siswa ini juga menekankan bahwa keselamatan sekolah-sekolah mereka, beserta para murid dan karyawan merupakan prioritas.
Kedua anak Qiki bersekolah di bawah naungan FCPS. Qiki mengatakan, tidak hanya FCPS, namun sekolah-sekolah anaknya secara langsung juga selalu mengkomunikasikan apa yang mereka lakukan terhadap (kemananan) di sekolah. Mulai dari pelatihan untuk menghadapi tornado, hingga pelatihan jika ada serangan yang terjadi di sekolah. Namun, sebagai orang tua, Qiki lebih berharap untuk adanya aksi “yang lebih nyata” untuk anak-anak.