RUSIA - Rusia menuduh Amerika Serikat (AS) berusaha untuk memperpanjang perang di Ukraina setelah Presiden AS Joe Biden mengatakan akan memasok rudal jarak jauh yang baru ke Kyiv.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan AS "sengaja menambahkan bahan bakar ke api" dengan pengiriman.
"Pasokan seperti itu tidak berkontribusi pada kesediaan kepemimpinan Ukraina untuk melanjutkan negosiasi damai," tambahnya.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengecam pengiriman itu dan mengatakan pengumuman Biden meningkatkan risiko "negara ketiga" terseret ke dalam konflik.
Rudal jarak jauh itu untuk membantu pasukan Ukraina menyerang pasukan musuh dengan lebih tepat dari jarak yang lebih jauh.
AS sebelumnya tidak bersedia menyediakan senjata karena takut dapat digunakan untuk melawan target di Rusia, tetapi AS mengatakan Kyiv telah memberikan jaminan bahwa ini tidak akan terjadi.
Baca juga: Biden Setuju Kirim Rudal Jarak Jauh untuk Ukraina
Pada Rabu (1/6/2022), Biden mengatakan bantuan mematikan akan memperkuat posisi negosiasi Kyiv melawan Rusia dan membuat solusi diplomatik lebih mungkin.
Baca juga: Rusia Ancam Hancurkan Seluruh Wilayah AS Hanya dengan 4 Rudal 'Satan 2'
Seorang pejabat senior AS mengatakan paket senjata baru itu akan mencakup empat Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi M142 (HIMARS).
“Ini adalah sistem berpemandu presisi dengan jangkauan yang lebih jauh. Jadi untuk target bernilai tinggi yang memungkinkan mereka menjaga sebagian tekanan dari pasukan Ukraina di depan, kami pikir sistem ini akan sangat berguna,” terang Wakil Menteri Pertahanan Dr Colin H kata Kahl.
Sistem dapat meluncurkan beberapa rudal presisi dipandu pada target sejauh 70km (45 mil) jauhnya - jauh lebih jauh dari artileri yang dimiliki Ukraina saat ini. Mereka juga diyakini lebih akurat daripada padanan Rusia mereka.
Pejabat Gedung Putih setuju untuk memberikan roket, hanya setelah mendapat jaminan dari Presiden Volodomyr Zelensky bahwa senjata itu tidak akan digunakan untuk menyerang sasaran di dalam Rusia.
"Kami tidak akan mengirim sistem roket ke Ukraina yang dapat menyerang Rusia," tulis Biden pada Rabu (1/1/2022).
Zelensky mengkonfirmasi hal ini dalam sebuah wawancara untuk jaringan AS Newsmax.
"Kami tidak tertarik dengan apa yang terjadi di Rusia," katanya.
"Kami hanya tertarik pada wilayah kami sendiri di Ukraina,” lanjutnya.
Namun Peskov mengatakan Moskow tidak mempercayai pernyataan Zelensky.
"Untuk mendapatkan kepercayaan, kita perlu memiliki pengalaman Kyiv memenuhi janjinya, tapi tidak ada," katanya, dikutip kantor berita Ria.
“Kami percaya AS secara langsung dan sengaja menambahkan bahan bakar ke api. AS jelas memegang garis bahwa mereka akan melawan Rusia hingga Ukraina terakhir,” terangnya merespon pengumuman AS.
Pejabat Gedung Putih mengatakan roket terbaru akan menjadi inti dari paket dukungan senilai USD700 juta untuk Ukraina yang akan diresmikan secara resmi pada Rabu (1/1/2022).
Helikopter, senjata anti-tank, kendaraan taktis, dan suku cadang akan dimasukkan dalam paket bantuan militer ke-11 yang disetujui AS untuk Ukraina sejak invasi dimulai pada Februari.
Secara terpisah, pemerintah Jerman telah berjanji untuk mengirim sistem pertahanan udara ke Ukraina.
Kanselir Olaf Scholz mengatakan kepada anggota parlemen bahwa sistem IRIS-T adalah yang paling modern yang dimiliki Jerman dan akan memungkinkan Ukraina untuk mempertahankan seluruh kota dari serangan udara Rusia.
(Susi Susanti)