Kepala Uni Afrika ke Putin: Orang Afrika yang Kelaparan Jadi Korban Perang Rusia-Ukraina

Susi Susanti, Jurnalis
Sabtu 04 Juni 2022 10:41 WIB
Kepala Uni Afrika memberitahu Presiden Rusia Vladimir Putin jika orang Afrika yang kelaparan yang menjadi korban perang (Foto: AFP)
Share :

AFRIKAKepala Uni Afrika Macky Sall mengatakan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin pada pertemuan di Rusia, bahwa negara-negara Afrika adalah korban perang yang tidak bersalah di Ukraina dan Rusia harus membantu meringankan penderitaan mereka.

Sall, yang merupakan Presiden Senegal, mengatakan kepada Putin bahwa dia harus "sadar bahwa negara kita, bahkan jika mereka jauh dari teater [aksi], adalah korban dari krisis ekonomi ini". Dia juga memohon atas nama negara-negara lain di Asia, Timur Tengah dan Amerika Latin.

Setelah pembicaraan di Sochi, Sall mengatakan pemimpin Rusia telah berjanji untuk memudahkan ekspor sereal dan pupuk, tetapi tidak memberikan rincian.

Putin mengatakan Rusia siap menjamin keamanan ekspor gandum Ukraina melalui pelabuhan di Azov dan Laut Hitam yang dikontrolnya. Dia mengatakan solusi terbaik adalah mencabut sanksi terhadap Belarusia, sekutu dekat Rusia, sehingga biji-bijian dapat dikirim dengan cara itu.

Putin membantah Moskow mencegah pelabuhan Ukraina mengekspor biji-bijian.

Baca juga: NATO: Barat Harus Siap Perang Jangka Panjang di Ukraina

Lebih dari 40% gandum yang dikonsumsi di Afrika biasanya berasal dari Rusia dan Ukraina.

Namun pelabuhan Ukraina di Laut Hitam sebagian besar telah diblokir untuk ekspor sejak konflik dimulai. Kyiv dan sekutunya menyalahkan Moskow karena memblokade pelabuhan, yang ditambang Ukraina untuk mencegah serangan amfibi Rusia.

Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Masuki Hari ke-100, Korban Rudapaksa Harus Menderita Dalam Diam

"Kegagalan untuk membuka pelabuhan-pelabuhan itu akan mengakibatkan kelaparan," kata Koordinator Krisis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Amin Awad di Jenewa.

Dia mengatakan kekurangan biji-bijian dapat mempengaruhi 1,4 miliar orang dan memicu migrasi massal.

Perang telah memperburuk kekurangan yang sudah ada di Afrika yang disebabkan oleh panen yang buruk dan ketidakamanan.

Harga pangan telah melonjak di seluruh benua sejak Rusia menginvasi Ukraina 100 hari yang lalu, mendorong sejumlah besar orang menuju kelaparan.

Kepala Program Pangan Dunia, Mike Dunford, mengatakan lebih dari 80 juta orang mengalami kerawanan pangan akut, kelaparan akut di Afrika - naik dari sekitar 50 juta orang kali ini tahun lalu.

Beberapa analis berpendapat Kremlin berharap bahwa krisis pangan yang mengancam akan memberikan tekanan politik pada Barat dengan memprovokasi arus pengungsi baru yang besar ke Eropa dari negara-negara rawan pangan di Timur Tengah dan Afrika.

Sebelum pertemuan pada Jumat (3/6/2022), Putin mengatakan dia selalu berada di pihak Afrika, tetapi tidak secara eksplisit menyebutkan krisis pangan di benua itu.

Seperti banyak negara Afrika, Senegal menghindari memihak dalam konflik dan pemimpin Senegal itu juga mengatakan pasokan makanan harus "di luar" sanksi Barat terhadap Rusia. Dia mengatakan dia telah membuat poin ini ketika dia berbicara dengan Dewan Eropa awal pekan ini.

Sementara itu, Chad telah mengumumkan darurat pangan nasional. Menurut PBB sepertiga penduduk membutuhkan bantuan makanan, dan pemerintah telah meminta bantuan internasional.

Pada Jumat (3/6/2022) lalu, Presiden AS Joe Biden menolak gagasan bahwa Barat memikul tanggung jawab atas kenaikan harga global.

"Ini adalah kenaikan harga Putin. Perang Putin telah menaikkan harga makanan karena Ukraina dan Rusia adalah dua keranjang roti utama dunia untuk gandum dan jagung, produk dasar untuk begitu banyak makanan di seluruh dunia," katanya.

(Susi Susanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya