Namun, dia juga memperingatkan Moskow "dapat terlibat dalam provokasi, upaya untuk mendiskreditkan upaya Ukraina dan internasional. Tapi kami percaya pada PBB", dengan mengatakan terserah kepada PBB untuk menjamin kesepakatan itu.
Ukraina mengatakan angkatan laut Rusia mencegah pengiriman gandum dan ekspor lainnya dan menuduh pasukan pendudukan Rusia mencuri gandum dari pertanian Ukraina.
Adapun Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan - yang telah memainkan peran penting dalam negosiasi - mengatakan dia berharap kesepakatan itu mungkin menjadi langkah pertama untuk mengakhiri perang.
"Langkah bersama yang kami ambil dengan Ukraina dan Rusia ini diharapkan akan menghidupkan kembali jalan menuju perdamaian," katanya.
Sementara itu, wartawan BBC Anne Soy dari Nairobi, Kenya mengatakan kesepakatan ekspor biji-bijian juga akan sangat melegakan bagi Tanduk Afrika. Wilayah ini saat ini menghadapi kekurangan pangan serius yang disebabkan oleh kekeringan, dan diperparah oleh pandemi Covid-19, invasi belalang yang langka, dan perang di Ukraina.
Seperti diketahui, kekurangan gandum Ukraina di dunia sejak invasi Rusia pada 24 Februari lalu telah menyebabkan jutaan orang terancam kelaparan.
Namun, Kyiv menolak untuk menandatangani kesepakatan langsung dengan Moskow, dan memperingatkan "provokasi" akan disambut dengan "tanggapan militer segera".