"Saya langsung terlempar ke belakang. Lalu harimau itu melompat mundur seperti bola yang memantul. Saya meninjunya dengan sekuat tenaga dan berteriak minta tolong,” lanjutnya.
Ketika dia melepas kacamatanya, sesuatu yang jarang dia lakukan, terlihat ekas luka yang dalam dan matanya yang hilang akibat serangan harimau.
"Saya marah dan sedih. Apa salah saya sebagai konservasionis?,” ujarnya.
"Tapi harimau adalah hewan yang terancam punah, kita memiliki kewajiban untuk melindungi mereka,” terangnya.
Saat ini, sejarah harimau pun terlihat suram. Satu abad yang lalu, ada sekitar 100.000 harimau liar yang tersebar di Asia. Pada awal 2000-an, jumlah itu telah turun hingga 95%, sebagian besar karena perburuan, perburuan, dan hilangnya habitat. Menurut International Union for Conservation of Nature, saat ini diperkirakan ada antara 3.726 dan 5.578 harimau yang tersisa di alam liar.
Tersebar di 968 km persegi (374 mil persegi), Bardiya menjadi taman nasional pada tahun 1988 untuk melindungi hewan liar yang terancam punah. Wilayah ini dulunya merupakan cagar perburuan kerajaan.
Pada 2010, 13 negara di mana harimau hidup berjanji untuk menggandakan populasi harimau liar mereka pada tahun 2022 - Tahun Macan Cina - dalam upaya untuk membawa mereka kembali dari ambang kepunahan.
Hanya Nepal yang sejauh ini mencapai target. Populasi harimau di Nepal telah berkembang dari 121 pada 2009 menjadi lebih dari 300 hanya dalam waktu 10 tahun. Kucing besar terutama dapat ditemukan di lima taman nasional di seluruh negeri. Spesies lain termasuk populasi badak, gajah dan macan tutul juga meningkat.