Keberatan para guru adalah bahwa anak berusia lima tahun terlalu muda untuk pergi ke sekolah dan bahwa awal sekolah yang lebih awal akan berarti lebih banyak penggunaan les privat karena orang tua bersaing ingin membuat anak-anak mereka unggul.
"Mengingat perkembangan kognitif dan emosional, masuk sekolah lebih awal tidak tepat, dan kemungkinan akan menyebabkan efek samping, seperti mengintensifkan pendidikan swasta dan persaingan untuk ujian masuk perguruan tinggi," kata koalisi dalam sebuah pernyataan.
"Itu hanya akan menambah beban orang tua pada saat banyak yang melepaskan pekerjaan mereka untuk menghidupi anak-anak mereka saat mereka masuk sekolah dasar,” lanjutnya.
Seorang ibu dari dua bayi, yang hanya memberikan nama keluarganya, Oh, mengatakan pemerintah harus membantu sekolah memberikan lebih banyak guru untuk merawat anak-anak dengan lebih baik.
"Ini berarti sekolah akan memainkan peran ganda pendidikan dan pengasuhan anak," katanya.
Pada 2019, anak-anak memulai pendidikan pada usia enam tahun di 26 negara dari 38 negara anggota Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi. Lalu masuk sekolah pada usia lima tahun di tiga negara yakni Australia, Selandia Baru, dan Irlandia.
(Susi Susanti)