"Saya tidak bisa menjelaskannya. Saya seharusnya tidak [hidup] di sini. Sirene berbunyi setiap malam. Tapi, entah kenapa, tadi malam saya memutuskan untuk pindah dari kamar tidur saya dan ke sisi lain apartemen, " katanya sambil menunjuk bekas pecahan peluru di dinding yang pasti akan membunuhnya.
Seorang tetangga, Olga, yang datang untuk membantu membersihkan, mulai terisak.
"Apa yang harus saya katakan kepada cucu saya? Dia bangun pada suatu malam, menangis, dan berkata kepada saya - 'Nenek, saya ingin hidup'," katanya, sebelum kembali untuk menyapu lebih banyak pecahan gelas dari lantai.
Demi mencari kenyamanan atau makna di tengah perang, beberapa orang di Mykolaiv pun bersandar pada agama mereka.
"Semuanya ada di tangan Tuhan. Apa yang akan terjadi," ujar Svetlana Kharlanova, 67, berdiri di ambang pintu rumahnya yang hampir utuh secara ajaib. Dia terlihat merawat luka kecil akibat pecahan peluru di kepalanya, empat jam setelah serangan rudal yang menyebabkan kawah yang dalam di halaman rumahnya.
Sedangkan, beberapa warga mencari hiburan di tengah serangan bom. Termasuk hiburan yang awalnya dilarang di Mykolaiv selama bulan-bulan pertama perang.
"Saya melihat banyak orang minum sekarang - bahkan di pagi hari. Saya tidak berpikir mereka seharusnya mencabut larangan alkohol. Itu tidak pantas selama masa perang," kata pemilik kafe Gela Chavhavadze.
Minum berat adalah fakta kehidupan, dan masalah, di banyak bagian Ukraina. BBC melihat seorang tentara mabuk terhuyung-huyung menaiki tangga di sebuah hotel pada suatu malam, dan pertengkaran yang keras dan tidak jelas antara dua pria yang lebih tua di kafe lain.