Saya ditemani oleh Pia Alkain Sorondo, seorang arkeolog yang sekarang memimpin tur jalan kaki di wilayah tersebut, dan, seperti kebanyakan orang di bagian Spanyol ini, dia merasa berkewajiban untuk menjaga sejarah Negara Basque agar tetap hidup.
Tidak peduli seberapa aneh sejarah itu.
"Saya suka menceritakan kisah warisan kami," kata Sorondo kepada saya, saat kami berjalan-jalan di sepanjang perbatasan Prancis-Spanyol di timur San Sebastián, dan, di satu sisi, kembali ke masa lalu,” tulis MacEacheran sebagaimana dilansir dari BBC Indonesia.
Di belakang kami ada kumpulan lahan industri, apartemen, dan bar pinxtos, tetapi di depan kami ada sisa-sisa arkeologi Romawi dari sebuah jembatan kuno dan pulau bersejarah itu sendiri.
"Ada sejarah abad pertengahan yang tersembunyi di sepanjang tepi sungai ini, tapi kebanyakan orang lewat di sini tanpa mengetahuinya. Itulah yang saya coba ubah."
Ketika kami mencapai tujuan kami, sebuah taman tepi sungai yang menghadap pulau, kami disambut oleh pemandangan unik.
Pulau Pheasant, yang berbentuk elips dan ditumbuhi pepohonan lebat, terletak hanya 10 meter dari sisi sungai Spanyol dan 20 meter dari Prancis.
Pulau ini sangat penting secara historis sehingga jarang dibuka bagi pengunjung.
Di tengah pulau itu ada bangunan batu besar bertulisan, berbentuk seperti tugu peringatan, yang mencerminkan sejarah kuno tempat itu.
Berbentuk seperti makam dan berdiri megah, tugu itu memperingati pertemuan di mana Perjanjian Pyrenees dinegosiasikan pada tahun 1659.
"Mempelajari latar belakang di sini seperti sebuah penemuan," kata Sorondo kepada saya. "Ini hampir seperti pulau hantu."
Sepanjang sejarah, telah terjadi suksesi penamaan yang berbeda untuk Pulau Pheasant.