SEOUL - Paus Fransiskus telah meminta undangan dari Korea Utara (Korut) untuk mengunjungi negara terisolasi itu.
"Saya akan pergi ke sana segera setelah mereka mengundang saya. Saya katakan mereka sebaiknya mengundang saya. Saya tidak akan menolak," terang media penyiaran Korea Selatan KBS, mengutip Fransiskus dalam wawancara yang disiarkan pada Kamis (25/8/2022), dikutip Antara.
Kunjungannya ke Korut akan menjadi kunjungan pertama seorang Paus ke negara tertutup itu, yang tidak mengizinkan pendeta menetap di sana.
Baca juga: Dianggap Kurang Bukti, Paus Tolak Penyelidikan Pelecehan Seksual Kardinal Paling Berkuasa di Vatikan
Tidak diketahui berapa banyak penduduk Korut yang menganut agama Katolik, atau bagaimana mereka beribadat di sana.
Baca juga: Paus Minta Maaf ke Korban Pelecehan Seksual di Sekolah Asrama Pribumi Kanada, Disambut Tepuk Tangan
Mantan Presiden Korsel Moon Jae-in, yang menganut Katolik, telah meminta Paus untuk bertandang ke Korut.
Moon mengatakan kunjungan seorang Paus ke Pyongyang akan membantu membangun perdamaian di Semenanjung Korea.
Ketika bertemu Paus pada 2018, Moon mengabarkan undangan verbal dari pemimpin Korut Kim Jong Un kepada sang Paus.
Vatikan masih menunggu undangan tertulis dari Korut. Para pejabat Vatikan saat itu mengatakan Paus dapat mempertimbangkan kunjungan tersebut dengan syarat tertentu, yaitu jika kunjungan itu membantu menciptakan perdamaian.
Tahun lalu, Moon bertemu lagi dengan pemimpin Gereja Katolik itu dan memberinya sebuah salib yang terbuat dari kawat berduri zona demiliterisasi yang memisahkan dua Korea. Lagi-lagi, dia meminta sang paus untuk mengunjungi Korut.
Konstitusi Korut menjamin kebebasan beragama sepanjang tidak mengganggu negara.
Namun, tak satu pun peribadatan boleh dilakukan secara terbuka selain di tempat-tempat ibadah yang dikendalikan negara, termasuk sebuah gereja Katolik di ibu kota Pyongyang.
Pemerintah Korut juga telah berkali-kali memenjarakan para misionaris asing.
(Susi Susanti)