Ketika Generasi Z Mengubah Dunia Sejak Usia Muda, 'Berapi-api' dan Tidak Takut Bicara

Susi Susanti, Jurnalis
Senin 29 Agustus 2022 18:00 WIB
Generasi z 'berapi-api' dan tidak takut bicara (Foto: Pamela Elizarraras Acitores)
Share :

Sebagian besar aktivisme mereka didorong oleh rasa frustrasi. Bahkan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa mereka umumnya lebih kecewa dengan pemerintah dan bentuk partisipasi politik lainnya daripada orang tua mereka.

University of Cambridge telah mengumpulkan data global sejak 1973, dari situ ditemukan bahwa kepercayaan kaum muda terhadap politik demokrasi sekarang lebih rendah daripada kelompok usia lainnya.

Di antara anak-anak berusia 18 hingga 34 tahun (campuran Gen Z dan milenial), kepuasan terhadap demokrasi menurun pada tingkat yang paling curam.

Bagi kaum muda di negara demokrasi maju, eksklusi ekonomi adalah kontributor terbesar terhadap memudarnya kepercayaan mereka pada institusi.

Berjuang dengan beban utang yang lebih tinggi, peluang yang lebih rendah untuk memiliki rumah, serta tantangan yang lebih besar dalam memulai sebuah keluarga, semakin menyuburkan ketidakpuasan bagi para Gen Z.

Pandemi tentu saja tidak membantu. Menurut penelitian dari London School of Economics and Political Science, individu yang mengalami epidemi, seperti Covid-19, virus Zika, Ebola atau Sars, antara usia 18 dan 25 tahun cenderung memiliki sikap negatif terhadap pemerintah dan pemilihan umum untuk waktu yang lama setelah epidemi berakhir.

“Sementara individu muda menarik diri dari politik formal – yang tidak mengejutkan, karena kurangnya kepercayaan – mereka juga cenderung meningkatkan partisipasi mereka dalam proses demokrasi melalui cara alternatif dan lebih langsung,” jelas Orkun Saka, salah satu penulis makalah, dosen tamu di LSE dan asisten profesor ekonomi di City, University of London.

Ini termasuk kegiatan seperti menghadiri demonstrasi, protes, boikot dan menandatangani petisi.

Buntut dari penurunan kepercayaan pasca-epidemi dapat membuat orang muda merasa ingin mengambil tindakan sendiri.

“Mereka mungkin menjadi lebih kritis terhadap pemimpin politik dan pemerintah mereka, hal tersebut tentu bukanlah konsekuensi buruk bagi dirinya masing-masing,” lanjutnya.

Satu yang paling menonjol adalah usia di mana aktivisme Gen Z dimulai – secara umum, lebih muda dari generasi sebelum mereka.

Seperti yang dilakukan aktivis terkenal Greta Thunberg yang melancarkan protes pertamanya di luar parlemen Swedia pada usia 15 tahun. Menurut Subir Sinha, seorang dosen teori dan politik pembangunan di SOAS University of London, protes ini memicu efek domino, membuat kaum muda memiliki panutan dalam mengekspresikan kemarahan, dan dengan alasan yang baik.

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya