"Dia tidak tampak seperti dikemas," katanya.
"Ini adalah aktivisme pasca-selebriti, dengan sikapnya yang biasa-biasa saja dan tidak glamor sebagai bagian dari daya tariknya,” ujarnya.
Banyak aktivis muda telah mengikuti jejaknya, mendapatkan pengakuan global karena berbicara tentang isu-isu perubahan iklim, meski baru berusia delapan tahun.
Seperti Licypriya Kangujam dari Manipur, India. Pada usia 10 tahun, dia berhasil melakukan kampanye untuk membersihkan semua polusi plastik dari daerah sekitar Taj Mahal.
“Gagasan bahwa mungkin tidak akan ada masa depan, atau jika ada, itu bisa sangat memperkeruhnya, secara telak membebani pikiran mereka,” kata Sinha.
“Aktivisme perubahan iklim semestinya berurusan dengan konsep-konsep ilmiah yang abstrak, tetapi dengan kebakaran hutan tahunan, banjir, kekeringan dan rekor panas matahari, ditambah berita dan liputan media sosial tentang semua ini, kita dapat merasakan percepatan iklim dan itu menambah hawa kiamat yang akan dating,” ungkapnya.
Inilah mengapa banyak anak muda yang melihat perubahan iklim sebagai ancaman eksistensial dalam hidup. Mereka berpartisipasi secara vokal dalam gerakan dan menuntut kursi di meja perundingan global.
Aktivis Gen Z dan rekan-rekan mereka yang lebih tua bersatu dalam keprihatinan atas masalah yang sama – perusakan iklim, kesetaraan gender, hak-hak LGBTQ+ – tetapi suara mereka tampak lebih keras dan lebih mendesak karena mereka memiliki lebih banyak cara untuk mendapatkan inspirasi, menyebarkan informasi, dan memobilisasi.
Sementara generasi yang lebih tua menjadi cerminan untuk aktivisme akar rumput dan demonstrasi langsung, Gen Z telah membawa aktivitas ini ke tempat yang paling nyaman bagi mereka, yakni ruang digital.
Pada fungsi paling dasar mereka, ruang digital memungkinkan Gen Z mengembangkan identitas sipil mereka dan mengekspresikan sikap politik dengan cara-cara yang kreatif, mulai dari mencatat orientasi seksual mereka di bio Instagram, hingga bergabung dengan grup yang selaras dengan minat mereka di platform Discord.
Dunia online menawarkan suatu tempat bagi mereka untuk mengeklaim perantara yang mungkin tidak mereka dapatkan di ruang sipil tradisional seperti sekolah, universitas, atau tempat kerja mereka.
Sebuah studi pada 2020 dari UK Safer Internet Center menunjukkan, 34% anak berusia 8 hingga 17 tahun mengatakan internet telah mengilhami mereka untuk mengambil tindakan tentang suatu tujuan dan 43% anak mengatakan itu membuat mereka merasa suara mereka penting.