Ketika Generasi Z Mengubah Dunia Sejak Usia Muda, 'Berapi-api' dan Tidak Takut Bicara

Susi Susanti, Jurnalis
Senin 29 Agustus 2022 18:00 WIB
Generasi z 'berapi-api' dan tidak takut bicara (Foto: Pamela Elizarraras Acitores)
Share :

Pemicu kecemasan Gen Z adalah kenyataan bahwa mereka terpapar berita dengan cara yang berbeda daripada orang tua atau kakek-nenek mereka pada usia yang sama; kaum muda mengonsumsi konten seputar isu dan peristiwa sosial hampir terus-menerus.

Hanya dengan ponsel pintar, orang dapat mengakses informasi berita selama 24/7 melalui situs media sosial, mesin pencari, situs berita, dan TV.

Media sosial dengan cepat menyalip saluran berita tradisional di kalangan anak muda.

Instagram, TikTok, dan YouTube kini menjadi tiga sumber berita yang paling banyak digunakan oleh remaja Inggris, menurut otoritas pengatur penyiaran Ofcom.

Sementara generasi lebih tua, yang tumbuh dengan mengonsumsi berita melalui media cetak, radio, dan TV masih menyukai mode tradisional ini.

Dengan perangkat teknologi yang menyediakan akses konstan ke berita dan konten yang dibuat pengguna, melarikan diri bukanlah hal yang bisa ditempuh.

Kaum muda tidak bisa berpaling dari wacana tersebut, maka tidak heran jika banyak Generasi Z, sebagai digital native terdorong untuk bertindak atas keluhan masyarakat mereka. Mereka melakukan mobilisasi karena ketakutan dan kebutuhan.

Sebagai aktivis kontrol senjata Amerika berusia 22 tahun, penyintas penembakan massal Florida, David Hogg, menulis cuitan di Twitter.

“Saya tidak didukung oleh harapan, melainkan oleh fakta bahwa saya tidak punya pilihan lain,” tulisnya.

Paparan konstan terhadap realitas suram telah membuat Gen Z siap menghadapi kesulitan secara proaktif.

Data global dari perusahaan riset dan hubungan masyarakat Edelman menunjukkan, 70% Gen Z terlibat dalam tujuan sosial atau politik.

Meskipun tidak semua dari 10.000 orang responden mengatakan bahwa mereka akan menyebut diri mereka sebagai aktivis yang sepenuhnya matang, mereka masih sangat terlibat secara sosial dan mengadvokasi tujuan yang mereka yakini benar.

Mereka merupakan generasi yang paling mungkin untuk memboikot suatu produk, perusahaan, hingga karena sikap politik, sosial, dan lingkungan, yang juga mencakup cara mereka memilih sesuatu.

Hanya satu dari lima orang, akan bekerja bagi sebuah perusahaan yang gagal untuk berbagi nilai-nilai mereka.

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya