JAKARTA - Israel merupakan negara kecil di Timur Tengah (Timteng) yang terletak di pantai timur Laut Mediterania serta berbatasan dengan Mesir, Yordania, Lebanon, dan Suriah. Negara ini memiliki situs arkeologi dan keagamaan penting yang dianggap suci oleh tiga agama sekaligus, yaitu Islam, Kristen dan Yahudi.
Beberapa ahli mengatakan bahwa istilah Israel sendiri berasal dari cucu Abraham dan Yakob yang dinamai Israel oleh Tuhan Ibrani. Menurut Alkitab Ibrani asal-usul Israel dapat ditelusuri kembali ke Abraham yang dianggap sebagai Bapak Yudaisme.
Baca juga: Ancam Identitas Palestina, Puluhan Orang Tua dan Anak-Anak Protes Kurikulum Pendidikan Israel
Yahudi sendiri atau Yehuda berasal dari garis keturunan Ishak sementara Islam dari garis keturunan Ismael. Keturunan Abraham (Bangsa Israel) dianggap diperbudak oleh orang Mesir selama ratusan tahun sebelum menetap di Kanaan, yang kira-kira merupakan wilayah Israel modern.
Baca juga: Uni Eropa Tekan Israel untuk Wujudkan Solusi Dua Negara dengan Palestina
Melansir situs History, berikut adalah sejarah berdirinya Israel. Yuk simak!
Saat itu Raja Daud telah mengambil kekuasaan dan memerintah Israel sekitar 1000 SM. Putranya, yang menjadi Raja Solomon atau dalam Islam Sulaiman, membangun kuil suci pertama di Yerusalem kuno. Pada sekitar 931 SM, wilayah itu dibagi menjadi dua kerajaan diantaranya Israel di utara dan Yehuda di selatan.
Sekitar 722 SM, bangsa Asyur menyerbu dan menghancurkan kerajaan utara Israel. Pada tahun 568 SM, orang Babilonia menaklukkan Yerusalem dan menghancurkan kuil pertama, yang digantikan oleh kuil kedua sekitar tahun 516 SM.
Selama beberapa abad berikutnya, tanah Israel modern ditaklukkan dan diperintah oleh berbagai kelompok, termasuk Persia, Yunani, Romawi, Arab, Fatimiyah, Turki Seljuk, Tentara Salib, Mesir, Mameluke, Islamis, dan lainnya.
Dari tahun 1517 hingga 1917, Kekaisaran Ottoman memegang kekuasaan penuh atas wilayah Israel dan sebagian besar Timur Tengah.
Namun Perang Dunia I secara dramatis mengubah lanskap geopolitik di Timur Tengah. Pada puncak perang tahun 1917, Menteri Luar Negeri Inggris, Arthur James Balfour, mengajukan letter of intent yang mendukung pendirian tanah air Yahudi di Palestina. Pemerintah Inggris berharap bahwa deklarasi Balfour ini akan mendorong dukungan bagi Sekutu dalam Perang Dunia I.
Ketika Perang Dunia I berakhir pada tahun 1918 dan kemenangan diambil oleh Sekutu, kekuasaan Kekaisaran Ottoman selama 400 tahun berakhir. Inggris pun mengambil kendali atas negara Palestina (Israel modern, Palestina dan Yordania).
Deklarasi Balfour dan mandat Inggris atas Palestina disetujui oleh Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1922. Orang-orang Arab dengan keras menentang Deklarasi Balfour, khawatir bahwa tanah air Yahudi akan berarti penaklukan orang-orang Arab Palestina.
Sepanjang sejarah Israel, ketegangan antara orang Yahudi dan Muslim Arab telah ada. Permusuhan yang kompleks antara kedua kelompok ini sudah ada sejak zaman kuno ketika mereka berdua menghuni daerah itu dan menganggapnya suci.
Baik orang Yahudi maupun Muslim menganggap kota Yerusalem suci. Ini berisi Temple Mount, yang meliputi situs suci Masjid al-Aqsa, Tembok Barat, Kubah Batu dan banyak lagi.
Sebagian besar konflik dalam beberapa tahun terakhir berpusat pada siapa yang menduduki wilayah-wilayah berikut:
1.Jalur Gaza: Sebidang tanah yang terletak di antara Mesir dan Israel modern.
2.Dataran Tinggi Golan: Dataran tinggi berbatu antara Suriah dan Israel modern.
3.Tepi Barat: Sebuah wilayah yang membagi bagian dari Israel modern dan Yordania.
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, sebuah gerakan keagamaan dan politik terorganisir yang dikenal sebagai Zionisme muncul di kalangan orang Yahudi.
Zionis ingin membangun kembali tanah air Yahudi di Palestina. Sejumlah besar orang Yahudi berimigrasi ke tanah suci kuno dan membangun pemukiman. Sekitar tahun 1882 dan 1903, kurang lebih 35.000 orang Yahudi pindah ke Palestina. 40.000 lainnya menetap di daerah itu antara tahun 1904 dan 1914.
Banyak orang Yahudi yang tinggal di Eropa dan di tempat lain, takut akan penganiayaan selama pemerintahan Nazi, mencari perlindungan di Palestina dan memeluk Zionisme. Setelah Holocaust dan Perang Dunia II berakhir, anggota gerakan Zionis terutama berfokus pada pembentukan negara Yahudi yang merdeka. Orang-orang Arab di Palestina menentang gerakan Zionisme, dan ketegangan antara kedua kelompok terus berlanjut.
Para pemimpin Zionis berusaha keras meningkatkan jumlah Yahudi untuk memperkuat klaim kenegaraan, tetapi pada 1939 Inggris masih sangat membatasi imigrasi Yahudi. Pada akhirnya, proyek Zionis berhasil karena kengerian global dalam menanggapi Holocaust.
PBB menyetujui rencana untuk membagi Palestina menjadi negara Yahudi dan Arab pada tahun 1947, tetapi orang-orang Arab menolaknya. Pada 14 Mei 1948, Israel secara resmi dinyatakan sebagai negara merdeka dengan David Ben-Gurion, kepala Badan Yahudi, sebagai perdana menteri.
Sementara peristiwa bersejarah ini tampaknya menjadi kemenangan bagi orang-orang Yahudi, itu juga menandai awal dari lebih banyak kekerasan dengan orang-orang Arab.
(Susi Susanti)