KUMALA, dikatakan Mambang akan berkomitmen untuk secara konsisten mengawal penanggulangan sekaligus bencana demi kepentingan hajat hidup warga Lebak, khususnya para korban yang kini sedang menghadapi kesulitan akibat bencana banjir bandang.
“Persoalan banjir bandang ini merupakan kepentingan KUMALA dan orang banyak, masyarakat di Lebak. Kami akan kawal ini karena prinsip kami, Khoirunnas Anfauhum Linnas yaitu sebaik-baiknya manusia adalah yang dapat memberi manfaat bagi orang lain,” ucapnya.
Bagi KUMALA, tegas bahwa bencana alam yang merugikan masyarakat ini, bukan hanya sekadar selesai dengan kunjungan seremonial ke lokasi banjir, mendirikan bantuan dapur umum atau bantuan darurat atas nama kemanusiaan lainnya, tetapi harus diselesaikan dari akar persoalannya.
“Bantuan datang, tapi berikutnya terulang lagi, bahkan datang lebih parah lagi, akan sampai kapan masyarakat harus menjadi korban. Apa yang sudah dibangun bisa kembali rusak jika tidak dibenahi dari hulunya,” kata Mambang Tegas.
Kerusakan Taman Nasional Akibat Pertambangan
Rusaknya benteng pertahanan air yang berada di hulu akibat alih fungsi, seperti diungkapkan Mambang, telah menjadi lahan pertambangan menjadi penyebab air meluap an akhirnya menerjang pemukiman warga.
“Kita bicara geostrategis. Dimana bicara geografis ini adalah tentang lokasi sedangkan, strategisnya itu tentang kebijakan. Ini akan mengerucut dan berupusat di Taman TNGHS. Kenapa sungai meluap dan berdampak terhadap pemukiman yang ada di Bayah, Cibayah, Cibeber, Cilograng dan sekitarnya bukan sekedar curah hujan yang tinggi,” ucapnya.
Peristiwa banjir menerjang Lebak Selatan yakni di Kecamatan Bayah, Cibeber, Cilograng, Panggarangan dan Cigemblong terjadi pada Minggu(9/10/2022). Tidak hanya itu, banjir bandang kembali menerjang pada Selasa (11/10) kemarin, akibatnya Jembatan Cimadur Legon di Bayah hanyut terbawa arus hingga akses jalan terputus dan mengakibatkan ribuan warga terisolir.
Meskpun tidak menimbulkan korban jiwa, bencana ini mengakibatkan sejumlah bangunan rumah, mesjid, dan lainnya hanyut dan tidak kurang dari 200 warga Bayah dan sekitarnya terpaksa harus dilarikan ke lokasi pengugungsian darurat.
Lebih lanjut ia menyatakan, KUMALA saat ini turun langsung ke lapangan untuk memperkuat data, organisasi kemahasiswaan ini juga secara serius mencermati penyebab munculnya bencana alam yang telah merugikan warga Lebak Selatan.
“Kami akan mendata perusahaan-perusahaan yang beroperasi di di hulu atau di TNGHS dan data para pelaku tambang pasir di Kabupaten Lebak yang diduga turut bertanggung-jawab atas terjadinya kerusakan alam,” tuturnya.
Ketika ditanya apakah pengusaha galian pasir di Lebak yang kian merajalela juga menjadi bagian dari target KUMALA berikutnya. Mambang menjawab singkat.
“Ada divisi khusus yang akan menyampaikan temuan ini kepada publik, ditunggu saja,” ucapnya dengan nada penuh meyakinkan.
(Awaludin)