BEIJING - China menuduh Amerika Serikat (AS) merusak stabilitas regional saat menanggapi rencana Washington untuk mengerahkan pembom berkemampuan nuklir B-52 ke Australia Utara. Juru bicara kementerian luar negeri China mengatakan tindakan AS ini dapat memicu perlombaan senjata di kawasan.
BACA JUGA: AS Berencana Tempatkan Pembom Nuklir di Australia
Berbicara kepada wartawan pada Senin, (31/10/2022), Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan bahwa kerja sama pertahanan dan keamanan antar negara seharusnya “tidak menargetkan pihak ketiga mana pun” atau merugikan kepentingan mereka. Zhao menambahkan bahwa AS seharusnya meninggalkan mentalitas Perang Dingin dan berusaha meningkatkan rasa saling percaya antar negara.
“China mendesak pihak-pihak terkait untuk meninggalkan Perang Dingin yang sudah ketinggalan zaman dan mentalitas zero-sum dan pemikiran geopolitik yang berpikiran sempit, dan untuk melakukan sesuatu yang kondusif bagi perdamaian dan stabilitas regional dan meningkatkan rasa saling percaya antar negara,” ujar Zhao sebagaimana dilansir Sputnik.
BACA JUGA: Pesawat Pembom Nuklir B-52 Berseliweran di Langit Sulawesi, Ada Apa?
Dia berbicara setelah outlet berita Australia melaporkan militer AS sedang mempertimbangkan kemungkinan mengerahkan serangkaian pembom strategis B-52 ke Australia dalam upaya untuk menciptakan hub jangka panjang di kawasan itu di tengah ketegangan berkelanjutan pemerintahan Biden dengan China.
Outlet tersebut mengutip orang dalam yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa hingga enam pembom semacam itu akan ditempatkan di pangkalan udara terpencil Tindal di Wilayah Australia Utara.
Ketegangan Beijing-Washington atas Taiwan meningkat pada awal Agustus, ketika Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengunjungi pulau itu meskipun China memperingatkan konsekuensi luas dari langkah tersebut.
Beijing mengutuk perjalanan Pelosi, mengecamnya sebagai isyarat dukungan untuk separatisme, dan meluncurkan latihan militer skala besar di sekitar pulau itu. Meski begitu, delegasi tingkat tinggi AS lainnya telah mengunjungi Taiwan dalam menghadapi retorika keras Beijing.
China menganggap Taiwan sebagai bagian integral dari wilayah kedaulatannya dan menentang hubungan resmi apa pun antara pulau itu dan negara-negara lain. Washington mempertahankan kontak aktif dengan Taipei dan menjual senjata bernilai miliaran dolar ke Taiwan.
Pada September 2021, Australia, pada bagiannya, mencapai kesepakatan dengan AS dan Inggris dalam pakta keamanan trilateral yang dijuluki AUKUS. Di bawah pakta tersebut, Washington dan London berjanji untuk membantu Canberra memperoleh kapal selam bertenaga nuklir.
(Rahman Asmardika)