Bagi banyak gadis Afghanistan, ini bukan tentang skala dampaknya, tapi simbol dari langkah tersebut - dan apa yang terungkap dari niat Taliban sejak menguasai Afghanistan pada Agustus 2021.
"Tiap hari, sebagai perempuan di Afghanistan, kami terbangun dengan kebijakan-kebijakan pembatasan yang baru. Kami hanya duduk dan menunggu kebijakan-kebijakan selanjutnya," kata seorang pelajar perempuan. Namanya tidak disebutkan dengan alasan keselamatan.
"Saya beruntung bisa menyelesaikan sekolah menengah sebelum Taliban berkuasa. Tapi saya takut sekarang, soalnya ada kemungkinan universitas akan ditutup sepenuhnya untuk perempuan. Mimpi saya akan berakhir,” ujarnya.
Dia baru-baru ini mengikuti ujian masuk universitas dan kecewa bahwa jurusan yang akan ia ambil - jurnalisme - tidak lagi tersedia untuk perempuan. Ini merupakan kebijakan pembatasan lain untuk perempuan yang diterapkan Taliban.
"Saya tak bisa menggambarkan betapa sulitnya ini. Kadang saya ingin berteriak keras," katanya, rasa frustasi terdengar jelas dari suaranya. "Saya tak punya harapan,” terangnya.
"Suatu saat kami mungkin akan diberitahu bahwa perempuan sudah tidak boleh keluar rumah lagi," kata seorang pelajar perempuan yang lain. "Segalanya bisa terjadi di Afghanistan,” ujarnya.
Ketia ruang publik makin membatasi perempuan Afghanistan, beberapa dari mereka berusaha mencari cara untuk melawan tindakan sewenang-wenang Taliban.