Ayah dari terpidana mati Mohammad Ghodablou telah mengeluarkan pembelaan di media sosial yang menyerukan pembebasan putranya, dengan mengatakan "dia melakukan kesalahan besar."
"Mohammad sejauh ini tidak memiliki catatan kriminal," kata sang ayah dalam sebuah video yang beredar minggu ini, mengklaim dia menderita gangguan jiwa.
Ghodablou, 22, didakwa di Teheran dengan "korupsi di bumi" karena menyerang polisi dengan sebuah mobil, yang mengakibatkan kematian seorang petugas dan melukai lima orang lainnya.
Situs berita peradilan Mizan Online melaporkan pada Senin (26/12/2022) bahwa Ghodablou telah menjalani evaluasi kejiwaan yang menyimpulkan bahwa dia "menyadari sifat kejahatannya".
Kantor Berita Aktivis Hak Asasi Manusia (HRANA) yang berbasis di Amerika Serikat (AS) mencatat dalam sebuah laporan yang dikeluarkan pada Senin (26/12/2022) terjadi peningkatan 88 persen dalam eksekusi pada 2022 dibandingkan tahun lalu dan peningkatan 8 persen dalam hukuman mati, sebagian besar dari mereka untuk pembunuhan atau narkoba. pelanggaran.
Menurut kelompok hak asasi Amnesty International yang berbasis di London, Iran berada di urutan kedua setelah China dalam penggunaan hukuman mati, dengan setidaknya 314 orang dieksekusi pada 2021.
(Susi Susanti)