Seiring banyaknya jamaah membuat kaum Tionghoa yang bermukim di Malang berinisiatif membangun secara gotong royong klenteng. Alhasil mereka mendonasikan uang untuk rekonstruksi klenteng pertamanya. Menariknya, saat rekonstruksi pertama terdapat ratusan donatur yang menyumbang dengan nominal satu gulden Belanda.
"Satu gulden di tahun 1903 di rekonstruksi pertama itu sudah sangat mahal. Donaturnya ada 200an orang yang dicatatkan pada plakat ini, jadi di sini ada namanya, nama marga, marga Phan contohnya. Dari sini tahu rumpunnya, ini orang mana, orang Hogian atau orang mana," terangnya.
Di klenteng sendiri terdapat dua plakat yang memuat ratusan nama di dua rekonstruksi awal Klenteng Eng An Kiong. Rekonstruksi pertama pada 1903, sedangkan rekonstruksi kedua dilakukan pada 1912.