Di antara ancaman tersebut, penambangan emas telah menjadi salah satu kekhawatiran utama penduduk dan pakar di kawasan itu.
Laporan berjudul ‘Yanomami Sedang Diserang’ (Yanomami Under Attack), yang terbit pada April lalu dengan dukungan teknis dari ISA, mencatat berapa banyak penambangan ilegal emas dan mineral lainnya di wilayah itu.
Dalam laporan tersebut, para ahli menekankan bahwa kerusakan hutan akibat aktivitas tambang ilegal telah ‘berkembang pesat’ sejak 2016.
“Dari 2016 hingga 2020, pertambangan tumbuh tak kurang dari 3,350%,“ tulis laporan itu.
Laporan tersebut juga mengatakan tumbuh-kembangnya pertambangan di wilayah tersebut berimbas pada ‘berkurang signifikan’ kualitas hidup bagi penduduk wilayah tersebut. Terbukti dari indikator kekerasan, kesehatan dan dukungan sosial yang semakin parah.
Roraima, negara bagian di mana cagar alam Yanomami terletak, memiliki tingkat kekerasam mematikan terparah terhadap penduduk asli di Brasil, menurut edisi terbaru laporan Atlas of Violence yang diterbitkan oleh Institute for Applied Economic Research (Ipea) pada 2021.
Penambangan ilegal juga menyebabkan tingginya insiden penyakit menular di kalangan masyarakat adat, khususnya malaria.
Dr Siquiera menjelaskan bahwa para penambang berpindah-pindah dari satu area ke area lain dan sering mencuri obat yang dapat meredakan gejala malaria, tetapi hal itu tidak menghilangkan parasit itu dari tubuh mereka.
“Mereka akhirnya menjadi sumber penularan [dari patogen itu], sambil membawa penyakit itu ke wilayah-wilayah di mana situasi sudah berhasil dikendalikan,“ terangnya.
Tak hanya itu, eksplorasi mineral di wilayah tersebut membutuhkan penggunaan merkuri, senyawa beracun yang mencemari sumber air dan makanan. Paparan zat ini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, seperti penyakit saraf pada bayi baru lahir.
Kelompok pembela hak masyarakat adat melaporkan bahwa permasalahan ini juga telah menjadi semakin buruk oleh karena ‘situasi tidak aman secara umum yang disebabkan oleh meningkatnya sirkulasi para penambang bersenjata di berbagai wilayah,‘.