Presiden Lula sendiri sempat berkunjung ke wilayah itu pada 21 Januari dan menyebut situasi di sana ‘tidak manusiawi'.
Ia kemudian menuding presiden Brasil sebelumnya, yakni Jair Bolsonaro, melakukan genosida terhadap suku hutan hujan Amazon tersebut.
“Ini lebih dari sekadar krisis kemanusiaan, apa yang saya lihat di Roraima adalah genosida: sebuah kejahatan terencana terhadap [suku] Yanomami yang dijalankan oleh sebuah pemerintah yang tak peka terhadap penderitaan,“ terangnya.
“Saya pergi ke sini untuk mengatakan kami akan memperlakukan penduduk asli selayaknya manusia,” lanjutnya.
Dalam bilik pesan aplikasi Telegram, Bolsonaro menilai pidato Lula “konyol” dan menambahkan bahwa “sejak 2020 sampai 2022, 20 tindakan kesehatan telah mengangkat kesadaran terhadap tempat tinggal penduduk asli“.
Sekitar 28.000 penduduk asli diperkirakan tinggal di cagar alam Yanomami. Mereka berburu, menjalankan pertanian potong-dan-bakar skala kecil, dan hidup di desa-desa semi-permanen yang kecil dan tersebar.
Selama empat tahun ia menjabat sebagai pemimpin Brasil (2019-2022), Bolsonaro sering protes mengenai luasnya cagar alam penduduk asli dan berjanji akan membukanya untuk aktivitas pertanian dan penambangan.
Alhasil, pemerintahnya melonggarkan perlindungan untuk lingkungan tersebut. Para kritikus mengatakan perkataan Bolsonaro mendorong aktivitas ilegal di wilayah tersebut.
Kini, sebanyak 20.000 penambang ilegal diperkirakan beroperasi di cagar alam Yanomami. Wilayah tersebut kaya akan emas, berlian dan mineral lainnya.