Pada 2021, sejumlah penambang di daerah tersebut menembakkan peluru ke arah suku Yanomami menggunakan senjata otomatis.
Pemerintah baru dibawah Presiden Lula mengatakan lebih dari 500 anak penduduk asli telah wafat akibat penyakit yang dapat dicegah sejak 2019.
“Krisis kesehatan yang sebelumnya belum pernah terjadi dan bencana yang menimpa suku Yanomami di Brasil utara ini adalah genosida yang dirancang selama bertahun-tahun,” ujar Sarah Shenker, pakar penduduk asli di LSM hak asasi manusia Survival International, dalam sebuah pernyataan.
“Mantan presiden Bolsonaro secara sengaja membuka jalan masuk ke wilayah ini dan mendorong ribuan penambang emas untuk membanjiri area itu,” lanjutnya.
“Dia membubarkan layanan kesehatan bagi penduduk asli dan mengabaikan permintaan untuk bertindak dari organisasi pembela penduduk asli, Survival {International] dan banyak lagi ketika skala krisis in mulai terlihat jelas,” ujarnya.
Menurut Institut Socioambiental (ISA) - salah satu organisasi utama yang bekerja sama dengan lembaga pembela hak penduduk asli di Brasil - cagar alam Yanomami merupakan tempat tinggal bagi delapan kelompok adat.
Cagar alam itu mencakup area seluas 9,6 juta hektare. Ukuran tanah itu hampir seluas Korea Selatan.
Wilayah Yanomami terletak di antara negara bagian Amazonas dan Roraima, dekat perbatasan antara Brasil dan Venezuela.
Area tersebut diratifikasi dan diakui oleh pemerintah Brasil pada 1992, lewat dokumen resmi yang ditandatangai oleh Presiden Fernando Collor.
ISA mengungkapkan empat potensi risiko dan masalah yang ada di tanah penduduk asli Yanomami. Yakni penambang ilegal, nelayan, pemburu dan peternak.