TURKI - Ribuan orang telah menawarkan untuk mengadopsi bayi perempuan yang lahir di bawah puing-puing bangunan yang runtuh di Suriah barat laut, menyusul gempa dahsyat magnitudo 7,8 yang mengguncang Turki hingga Suriah terjadi pada Senin (6/2/2023).
Saat diselamatkan, bayi Aya - yang berarti keajaiban dalam bahasa Arab - masih terhubung dengan ibunya melalui tali pusarnya.
Ibu, ayah, dan keempat saudara kandungnya meninggal setelah gempa melanda kota Jindayris.
Aya sekarang di rumah sakit.
"Dia tiba pada hari Senin dalam keadaan yang sangat buruk, dia mengalami benjolan, memar, dia kedinginan dan hampir tidak bernapas," kata Hani Marouf, dokter anak yang merawatnya, dikutip BBC..
BACA JUGA: Diperparah dengan Cuaca Dingin, Jumlah Korban Gempa Dahsyat Turki Terus Bertambah Capai 20.000 Orang
Dia sekarang dalam kondisi stabil.
Video penyelamatan Aya viral di media sosial. Rekaman menunjukkan seorang pria berlari dari puing-puing bangunan yang runtuh, menggendong bayi yang tertutup debu.
Khalil al-Suwadi, seorang kerabat jauh, yang ada di sana ketika dia ditarik ke tempat aman, membawa bayi yang baru lahir itu ke Dr Marouf di kota Afrin, Suriah.
Ribuan orang di media sosial kini meminta detail untuk mengadopsinya.
"Saya ingin mengadopsi dia dan memberinya kehidupan yang layak," ujar seseorang.
"Saya siap merawat dan mengadopsi anak ini... jika prosedur hukum mengizinkan saya,” terang seorang penyiar TV Kuwait.
Sementara itu, manajer rumah sakit, Dr Khalid Attiah, mengatakan dia telah menerima puluhan telepon dari orang-orang di seluruh dunia yang ingin mengadopsi bayi Aya.
Dr Attiah, yang memiliki anak perempuan yang hanya empat bulan lebih tua darinya, menegaskan dirinya tidak akan mengizinkan siapa pun untuk mengadopsinya sekarang, sampai keluarga jauhnya datang. Dia pun merawat bayi itu seperti keluarganya sendiri.
Untuk saat ini, istrinya sedang menyusui dia bersama putri mereka sendiri.
Di kota asal Aya, Jindayris, orang-orang telah mencari melalui bangunan yang runtuh untuk mencari orang-orang terkasih.
"Situasinya adalah bencana. Ada begitu banyak orang di bawah reruntuhan. Masih ada orang yang belum kami keluarkan,” terang sorang jurnalis di sana, Mohammed al-Adnan mengatakan kepada BBC.
Dia memperkirakan 90% kota telah hancur dan sebagian besar bantuan sejauh ini datang dari penduduk setempat.
Tim penyelamat dari organisasi White Helmets, yang terbiasa menarik orang keluar dari reruntuhan selama lebih dari satu dekade selama perang sipil Suriah, telah membantu di Jindayris.
"Penyelamat juga bisa menjadi korban karena bangunannya tidak stabil," kata Mohammed al-Kamel.
"Kami baru saja mengeluarkan tiga mayat dari puing-puing ini dan kami pikir ada keluarga di sana yang masih hidup - kami akan terus bekerja," lanjutnya.
Di Suriah, lebih dari 3.000 kematian telah dilaporkan setelah gempa. Angka ini tidak termasuk mereka yang meninggal di wilayah yang dikuasai oposisi di negara itu.
(Susi Susanti)