Dalam beberapa tahun terakhir, Libya telah menjadi titik persinggahan utama para migran dari Afrika dan Timur Tengah yang mencoba menuju Eropa.
Negara kaya minyak itu jatuh ke dalam kekacauan menyusul pemberontakan yang didukung NATO, yang menggulingkan dan menewaskan diktator Moammar Gadhafi pada 2011.
Beberapa tahun terakhir, pelaku perdagangan manusia mengambil kesempatan di tengah kekacauan tersebut, dengan menyelundupkan migran melintasi gurun pasir di sepanjang perbatasan negara tersebut dengan enam negara lainnya.
Kemudian, para migran biasanya diangkut dengan perahu-perahu karet yang tidak dilengkapi peralatan yang memadai untuk melintasi lautan yang berisiko.
Negara-negara di Eropa belakangan menekan pihak berwenang Libya dan penjaga pantai untuk menangkap dan mencegat para migran yang mencoba menyeberang ke pesisir Eropa.
Banyak dari mereka yang telah berhasil dicegat dan dibawa kembali ke Libya, termasuk perempuan dan anak-anak, kemudian ditahan di pusat-pusat penahanan pemerintah, di mana mereka mengalami penganiyaan, pemerkosaan dan penyiksaan, menurut organisasi-organisasi HAM.
(Rahman Asmardika)