MOSKOW – Selama berbulan-bulan pasukan Rusia telah berusaha merebut Kota Bakhmut dan menghadapi perlawanan sengit dari pasukan Ukraina. Pertempuran memperebutkan kota pertambangan garam dan gypsum semakin meningkat dalam beberapa pekan terakhir, bahkan dilaporkan telah menewaskan ribuan tentara dari kedua belah pihak.
Pekan lalu, bos tentara bayaran Rusia Grup Wagner, Yevgeny Prigozhin mengatakan bahwa pasukannya telah mengepung Bakhmut dari berbagai penjuru. Namun, pertempuran masih berlangsung, dengan pihak Ukraina mengumumkan akan terus berusaha mempertahankan kota, yang dikenal dengan nama Artyomovsk, oleh Rusia itu.
Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu pada Selasa, (7/3/2023) mengungkapkan bahwa Bakhmut adalah pusat pertahanan penting bagi pasukan Ukraina di wilayah Donbass, di timur negara itu.
“Mengontrol (Artyomovsk) akan memungkinkan tindakan ofensif lebih jauh ke dalam pertahanan Angkatan Bersenjata Ukraina,” jelas Shoigu sebagaimana dilansir RT.
Bakhmut telah menyaksikan beberapa pertempuran paling brutal di tengah kampanye militer Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina. Selain menjadi benteng bagi pasukan Ukraina, kota ini merupakan bagian dari garis pertahanan sepanjang 70 kilometer yang dibuat oleh Kiev sejak memulai pertempuran di Donbass pada 2014.
Dalam kampanye selama berbulan-bulan, pasukan Rusia secara sistematis merebut permukiman di sekitar kota dan mengepung Bakhmut dari utara, selatan, dan timur.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah berulang kali bersikeras bahwa dia tidak akan menyerahkan Bakhmut, meskipun para pendukung Barat dan penasihat militernya dilaporkan mendesaknya untuk menarik pasukan Ukraina dari Bakhmut untuk mengurangi kerugian.