Tren viral tersebut telah membuat banyak orang Jepang ketakutan dan memicu tindakan dari beberapa rantai sushi conveyor-belt - yang dikenal sebagai kaitenzushi secara lokal.
"Saya tahu orang-orang dari luar negeri berharap untuk makan sushi di sini jadi sebagai orang Jepang, saya malu dengan tindakan seperti itu," kata seorang perempuan Yukari Tanaka kepada BBC.
"Kaitenzushi adalah budaya Jepang yang bisa kita banggakan, tetapi tindakan segelintir orang seperti itu benar-benar merusaknya,” terang warga lainnya Nana Kozaki.
Yang lain mengatakan mereka "agak takut" dengan tren tersebut - mengakui bahwa mereka kurang mau pergi ke restoran.
Jepang terkenal dengan standar kebersihan dan etiket kulinernya yang ketat.
Jadi lelucon "terorisme sushi" tidak hanya mengejutkan jutaan orang di seluruh negeri tetapi juga menyebabkan jatuhnya harga saham perusahaan seperti jaringan Sushiro.
Hal ini telah mendorong beberapa rantai kaitenzushi untuk membuat himbauan publik bagi para pelanggar untuk menghentikan sabotase makanan mereka.