NEW YORK – Kesepakatan yang dicapai Arab Saudi dan Iran untuk memulihkan hubungan diplomatik membuat Pemerintah Israek dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terkejut dan terguncang, demikian dilaporkan New York Times.
Iran dan Arab Saudi pada Jumat, (10/3/2023) sepakat untuk membangun kembali hubungan diplomatiknya setelah permusuhan bertahun-tahun yang telah mengancam stabilitas dan keamanan di Teluk dan memicu konflik di Timur Tengah. Kesepakatan itu diumumkan setelah empat hari pembicaraan rahasia yang ditengahi China di Beijing antara pejabat tinggi keamanan dari Arab Saudi dan Iran.
Pemerintah Israel, yang telah lama memandang Iran sebagai musuh dan ancaman besar bagi Zionis, menyambut berita tentang kesepakatan itu dengan keterkejutan. Terlebih lagi, Israel selama ini melihat Arab Saudi sebagai mitra potensial yang juga memiliki kekhawatiran akan ancaman dari Iran.
New York Times juga menyebutkan bahwa kesepakatan antara Arab Saudi dengan Iran ini memberi pukulan pada pemerintahan PM Netanyahu.
Selama bertahun-tahun, dua tujuan utama kebijakan luar negeri Netanyahu adalah isolasi Iran dan normalisasi hubungan dengan Arab Saudi, yang tidak pernah mengakui Israel. Analis meyakini bahwa kesepakatan antara Riyadh dan Teheran dapat menjadi 'amunisi' bagi oposisi untuk mengkritik Netanyahu, dengan menggambarkannya “lemah” dalam kebijakan luar negeri.
“Kesepakatan antara Arab Saudi dan Iran adalah kegagalan total dan berbahaya dari kebijakan luar negeri pemerintah Israel,” kata Pemimpin Oposisi Israel Yair Lapid dalam sebuah posting di media sosial, sebagaimana dilansir New York Times.