Sebelumnya, Karimova sempat diperkirakan akan menggantikan ayahnya, Islam Karimov, yang memerintah Uzbekistan sebagai presiden negara Asia Tengah dari 1989 hingga kematiannya pada 2016. Dia muncul dalam video pop dengan nama panggung "Googoosha", menjalankan perusahaan perhiasan dan menjabat sebagai duta besar untuk Spanyol.
Namun kemudian pada 2014 dia menghilang dari pandangan publik. Belakangan diketahui bahwa dia telah ditahan atas tuduhan korupsi ketika ayahnya masih berkuasa dan dia dijatuhi hukuman pada Desember 2017. Pada 2019 dia dikirim ke penjara karena melanggar ketentuan tahanan rumahnya.
Jaksa menuduhnya sebagai bagian dari kelompok kriminal yang menguasai aset lebih dari USD1 miliar (Rp15 triliun) di 12 negara, termasuk Inggris, Rusia, dan Uni Emirat Arab.
"Kasus Karimova adalah salah satu kasus suap dan korupsi terbesar sepanjang masa," kata Tom Mayne, salah satu peneliti laporan Freedom For Eurasia dan peneliti di University of Oxford.
Mayne mengatakan betapa mudahnya Karimova membeli begitu banyak properti di Inggris sangat memprihatinkan.
"Otoritas membutuhkan waktu hingga 2017 untuk melakukan apa pun, bertahun-tahun setelah negara lain membekukan rekening bank dan properti miliknya," tambahnya.