Di sana, kemampuan matematika dan fisika Salam jauh melampaui teman-temannya. Dia kemudian mendapat beasiswa ke Universitas Cambridge, menjadikannya satu dari sedikit siswa asal Asia Selatan yang belajar di kampus itu.
Namun daya tarik kampung halaman terlalu kuat: setelah mendapat gelar doktor dari Cambridge, Salam kembali ke Lahore dan menjadi Profesor Matematika.
Menyelaraskan ilmu pengetahuan dan agama
Salam adalah penganut Ahmadiyah. Sepanjang hidupnya, ia taat beribadah. Ketika bekerja sepanjang hari di rumahnya di London, ia lakukan sambil memutar rekaman lantunan ayat-ayat suci Al Quran.
Dia juga tidak pernah melihat keyakinannya sebagai halangan untuk ilmu pengetahuan. Bahkan, ia menganggap kedua bidang ini bekerja saling berkelindan. Ia kerap mengaku kepada banyak sejawatnya, sebagian besar ide-ide datang kepadanya dari Tuhan.
Dia bekerja keras menemukan teori dasar fisika yang bisa menjelaskan semua teori fisika partikel, yang dikatakannya mirip dengan keyakinannya.
"Kami (para fisikawan) ingin memahami kompleksitas semua benda di alam semesta dengan konsep dasar sesedikit mungkin," ujarnya suatu kali. Tapi dia pun mengakui, ada beberapa hal dalam ilmu pengetahuan yang tidak cocok dengan keyakinannya, teori Dentuman Besar atau Big Bang, misalnya.
Keyakinannya, yang merupakan salah satu hal terpenting dalam hidup Salam, juga menjadi sumber penderitaan terbesar dalam hidupnya. Penyebabnya, jemaah Ahmadiyah mengalami persekusi hebat di Pakistan.
Gerakan Ahmadiyah berawal pada 1889 di Punjab, India Britania. Penganutnya percaya bahwa pendiri Ahmadiyah, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, adalah mesiah. Umat Islam, yang percaya Nabi Muhammad adalah utusan terakhir, tak setuju.
"Komunitas Amadiyah adalah kelompok yang patuh hukum dan saling menghormati," ujar Adeel Shah, pemuka Ahmadiyah di London. "Namun komunitas ini banyak menghadapi persekusi dan diskriminasi, terutama di Pakistan."