Chang Mai, kota terbesar ketiga di Thailand, mencapai peringkat 289 pada indeks kualitas udara (AQI) IQAir pada Maret lalu, yang mengukur tingkat partikel halus yang dapat dihirup di udara.
Pada Senin (10/4/2023), angka ini turun menjadi 171, tetapi masih 19 kali lipat dari tingkat yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Anda dapat merasakan (debu) di wajah Anda… Saya membersihkan wajah saya, saya melihat pembalut dan saya seperti, 'ini benar-benar kotor,'” kata Fernanda Gonzalez, 27, yang berkunjung dari Meksiko.
Pihak berwenang menyalahkan kombinasi kebakaran hutan dan pembakaran tanaman di Thailand dan negara-negara tetangganya.
Perdana Menteri (pm) Thailand Prayuth Chan-ocha mengatakan pekan lalu dia berkoordinasi dengan Laos dan Myanmar untuk mengurangi titik panas di daerah perbatasan untuk mengekang kabut asap lintas batas.
Warga Chiang Mai Pathsharasakon Po, 36, mengatakan dia khawatir dengan alergi, atau bahkan kanker.
“Semakin buruk dari tahun ke tahun,” terangnya.
(Susi Susanti)