Seperti diketahui, beberapa staf perempuan PBB di negara itu telah mengalami pembatasan pergerakan sejak Taliban merebut kekuasaan pada 2021, termasuk pelecehan dan penahanan.
Ramiz Alakbarov, Wakil Perwakilan Khusus PBB, Koordinator Residen dan Kemanusiaan untuk Afghanistan, menyebut keputusan Taliban sebagai pelanggaran hak asasi manusia yang tak tertandingi pada minggu lalu.
“Nyawa perempuan Afghanistan dipertaruhkan,” katanya.
“Tidak mungkin menjangkau perempuan tanpa perempuan,” lanjutnya.
Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Afghanistan, Roza Otunbayeva, terlibat pembicaraan dengan Taliban di tingkat tertinggi untuk menghentikan larangan itu.
“Dalam sejarah Perserikatan Bangsa-Bangsa, tidak ada rezim lain yang pernah mencoba melarang perempuan bekerja untuk Organisasi hanya karena mereka perempuan. Keputusan ini merupakan serangan terhadap perempuan, prinsip dasar PBB, dan hukum internasional,” ujarnya.