Erdogan Unggul Tapi Gagal Capai Mayoritas, Pilpres Turki Akan Masuki Putaran Kedua

Rahman Asmardika, Jurnalis
Senin 15 Mei 2023 09:31 WIB
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. (Foto: Reuters)
Share :

ISTANBUL - Turki menuju pemungutan suara putaran kedua setelah Presiden Tayyip Erdogan memimpin atas saingan oposisinya Kemal Kilicdaroglu dalam pemilihan Minggu, (14/5/2023), tetapi gagal mencapai mayoritas langsung untuk memperpanjang kekuasaannya selama 20 tahun di negara anggota NATO itu.

Baik Erdogan maupun Kilicdaroglu tidak memenuhi ambang batas 50% yang diperlukan untuk menghindari pemungutan suara putaran kedua, yang akan diadakan pada 28 Mei.

Pemilihan presiden tidak hanya akan memutuskan siapa yang memimpin Turki tetapi juga apakah akan kembali ke jalur yang lebih sekuler dan demokratis, bagaimana akan menangani krisis biaya hidup yang parah, dan mengelola hubungan kunci dengan Rusia, Timur Tengah dan Barat.

Kilicdaroglu, yang mengatakan dia akan menang dalam putaran kedua, mendesak para pendukungnya untuk bersabar dan menuduh partai Erdogan mengganggu penghitungan dan pelaporan hasil.

Tapi Erdogan tampil lebih baik dari prediksi jajak pendapat pra-pemilihan, dan dia tampil dengan percaya diri dan suasana hati yang agresif ketika dia berbicara kepada para pendukungnya.

"Kami sudah mengungguli saingan terdekat kami dengan 2,6 juta suara. Kami berharap angka ini meningkat dengan hasil resmi," kata Erdogan sebagaimana dilansir Reuters.

Dengan hampir 97% kotak suara dihitung, Erdogan memimpin dengan 49,39% suara dan Kilicdaroglu memiliki 44,92%, menurut kantor berita milik negara Anadolu. Dewan Pemilihan Tinggi Turki memberi Erdogan 49,49% dengan 91,93% kotak suara dihitung.

Ribuan pemilih Erdogan berkumpul di markas partai di Ankara, membunyikan lagu-lagu partai dari pengeras suara dan mengibarkan bendera. Beberapa menari di jalan.

"Kami tahu ini belum benar-benar sebuah perayaan tapi kami harap kami akan segera merayakan kemenangannya. Erdogan adalah pemimpin terbaik yang kami miliki untuk negara ini dan kami mencintainya," kata Yalcin Yildrim, (39), yang memiliki sebuah pabrik tekstil.

Turki, yang berpenduduk 85 juta orang - sudah berjuang dengan inflasi yang melonjak - sekarang menghadapi ketidakpastian selama dua minggu yang dapat mengguncang pasar, dengan para analis memperkirakan perputaran dalam mata uang lokal dan pasar saham.

Pilihan presiden Turki berikutnya adalah salah satu keputusan politik paling penting dalam sejarah 100 tahun negara itu dan akan bergema jauh di luar perbatasan Turki.

Kemenangan bagi Erdogan, salah satu sekutu terpenting Presiden Vladimir Putin, kemungkinan besar akan menyemangati Kremlin tetapi membuat bingung pemerintahan Biden, serta banyak pemimpin Eropa dan Timur Tengah yang memiliki hubungan bermasalah dengan Erdogan.

Pemimpin terlama Turki telah mengubah anggota NATO dan negara terbesar kedua di Eropa itu menjadi pemain global, memodernisasikannya melalui proyek-proyek besar seperti jembatan dan bandara baru, serta membangun industri senjata yang dicari oleh negara-negara asing.

Tetapi kebijakan ekonominya yang bergejolak dengan suku bunga rendah, yang memicu krisis biaya hidup dan inflasi, membuatnya menjadi mangsa kemarahan para pemilih. Tanggapan lamban pemerintahnya terhadap gempa dahsyat di tenggara Turki yang menewaskan 50.000 orang awal tahun ini menambah kekecewaan para pemilih.

Kilicdaroglu telah berjanji untuk menghidupkan kembali demokrasi setelah bertahun-tahun represi negara, kembali ke kebijakan ekonomi ortodoks, memberdayakan institusi yang kehilangan otonomi di bawah Erdogan dan membangun kembali hubungan yang lemah dengan Barat.

(Rahman Asmardika)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya