Kemarahan Pangeran Diponegoro pun memuncak setelah Patih Danureja memasang tonggak untuk membuat rel kereta api di atas makam leluhurnya atas perintah Belanda.
Penyerangan Belanda di Tegalrejo menjadi tanda peperangan Diponegoro dimulai, hingga pada 1827 Belanda melakukan penyerangan kepada Pangeran Diponegoro dan membuat pasukannya terjepit. Kondisi tersebut membuat Kiai Mojo dan Pangeran Mangkubumi serta Panglimanya Alibasah Sentot Prawirodirjo menyerah kepada Belanda pada 1829.
Melihat kondisi tersebut, Pangeran Diponegoro memutuskan menyerahkan diri ke pihak Belanda, dengan syarat sisa anggotanya dilepas oleh Belanda. Hingga akhirnya Pangeran Diponegoro ditangkap oleh Belanda dan mendapatkan pengasingan ke Manado.
Namun, setelah itu, Pangeran Diponegoro dipindahkan ke Benteng Rotterdam, Makassar, Sulawesi Selatan.
"Waktu beliau diasingkan di sini, itu tempatnya di Benteng Forr Rotterdam. Beliau diasingkan bersama istri dan anak-anaknya," kata juru kunci makam Raden Hamzah Diponegoro, melansir Sindonews, Jumat (26/5/2023).