Yang dimaksud dengan perubahan besar di Kerajaan Majapahit ialah penggantian Aria Tadah sebagai patih amangkubhumi oleh Gajah Mada. Pengangkatan Gajah Mada sebagai patih amangkubhumi diresmikan di balairung. Dalam upacara peresmian itu Gajah Mada mengucapkan program politiknya untuk menyatukan nusantara.
Salah satu wilayah yang ditargetkan takluk adalah Bali. Pasalnya saat itu wilayah kekuasaan Majapahit masih meliputi sekitar Majapahit, belum mencakup seluruh wilayah Jawa Timur. Apalagi Bali, yang berada di luar Pulau Jawa sehingga Gajah Mada cukup ambisius menaklukkannya.
Usai peristiwa pengangkatan Gajah Mada yang ditandai gempa bumi, kemunculan fenomena alam lainnya juga menjadi penanda di Kerajaan Majapahit. Saat itu konon gempa bumi terjadi akibat letusan Gunung Kelud pada 1256 Saka atau sekitar tahun 1334 Masehi.
Peristiwa ini digambarkan pada Kakawin Nagarakretagama sebagai penanda kelahiran Hayam Wuruk anak dari Tribhuwana Tunggadewi. Kelahiran itu didahului pelbagai peristiwa alam, di antaranya ialah gempa bumi, sebagai isyarat kebesaran jabang bayi yang akan dilahirkan.
Setelah lahir Dyah Hayam Wuruk dinobatkan sebagai yuwaraja di Kahuripan seperti dinyatakan pada prasasti Prapancasarapura. Sama halnya dengan Sri Jayanagara yang dinobatkan sebagai yuwaraja, seperti dinyatakan pada prasasti Penanggungan. Pada waktu itu Sri Jayanagara pun masih jabang bayi. Dyah Hayam Wuruk mengambil nama abhiseka Sri Rajasanagara.
(Fakhrizal Fakhri )