Ketika Pribumi Jadi Pasukan Belanda demi Urusan Perut

Arief Setyadi , Jurnalis
Selasa 13 Juni 2023 07:03 WIB
Pribumi jadi pasukan KNIL (Foto: Wikipedia)
Share :

JAKARTA - Pada era kolonial, Belanda memiliki pasukan. Bahkan, melibatkan golongan inlander (pribumi) yang jumlahnya tidak sedikit.

Mereka biasanya tergabung di barisan KNIL (Koninklijke Nederlandsch-Indisch Leger). KNIL memiliki arti Pasukan Kolonial Kerajaan Hindia-Belanda.

Meski kerap ditafsirkan sebagai pasukan Belanda hitam. Alasannya, karena para personelnya banyak berasal bagian timur nusantara.

Dalam catatan buku ‘KNIL dan Revolusi Indonesia’, anggota terbanyak mereka berasal dari suku Jawa dan daerah-daerah lainnya. Kendati tak sedikit dari mereka (mantan KNIL) yang kemudian berperan penting dalam “kelahiran dan pertumbuhan” Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Contohnya Oerip Soemohardjo, Tahi Bonar Simatupang, Abdoel Haris Nasution, Alexander Evert Kawilarang, Ahmad Yani, Soerjadi Soerjadarma, hingga Soeharto yang kemudian menjadi Presiden kedua RI.

Meski jarang dibahas dalam jurnal maupun buku, semua hal tentang KNIL termaktub dalam buku ‘KNIL dan Revolusi Indonesia’ karya pemerhati sejarah, Wawan Kurniawan Joehanda.

Buku ini dirilisnya atau diterbitkan secara “indie”, alias tak bernaung dengan penerbit manapun. Untuk mendapatkan buku tersebut, biasanya harus langsung mengontak penulisnya di akun media sosial Facebook.

Dalam buku tersebut beragam kisah tentang KNIL termaktub. Setidaknya dilakukan riset selama delapan bulan dalam membuat buku itu.

Mulai dari kelahirannya, hingga para mantan KNIL yang turut berperan dalam pembentukan TNI AD, TNI AL, TNI AU dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri).

“Selama ini menulis sendiri, mencetak sendiri dan mem-publish sendiri. Sementara saya memakai jalur indie label. Risetnya sekitar delapan bulan sejak 2015, sekaligus hasil diskusi dengan (penulis) mas Petrik (Matanasi),” kata Wawan dalam wawancara dengan tim redaksi Okezone beberapa waktu lalu.

Inti yang ingin disampaikannya, selama ini para mantan KNIL, baik yang bertugas di masa sebelum dan sesudah revolusi, kerap dicap pengkhianat. Sebab, bersedia menjadi alat kolonial Hindia-Belanda.

Apalagi mereka yang kemudian memilih kembali jadi anggota KNIL dan memilih tidak menggabungkan diri ke TNI, pasca-Jepang keluar dari Indonesia. Hal itu dilakukan tanpa alasan.

Dikutip dari seorang mantan KNIL yang juga salah satu tokoh besar TNI, Didi Kartasasmita, mereka (pernah) berkarier sebagai tentara Belanda demi urusan perut.

“Saya menjadi KNIL karena urusan perut. Tampaknya beberapa rekan saya pun begitu. Mereka menjadi alat pemerintah kolonial bukan karena ideologi, tapi untuk memenuhi kebutuhan hidup,” katanya.

(Arief Setyadi )

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya