Benarkah Percaya Hantu Berguna untuk Mengubah Perilaku ?

Arief Setyadi , Jurnalis
Kamis 22 Juni 2023 07:04 WIB
Ilustrasi (Foto: Getty Images/BBC)
Share :

Kepercayaan masyarakat luas pada hantu menjadikan penjualan indulgensi sebagai praktik bisnis yang menguntungkan bagi gereja.

Keyakinan semacam inilah yang berkontribusi pada reformasi, perpecahan Protestanisme dan Katolik yang dipimpin oleh teolog Jerman Martin Luther.

Sesungguhnya, 95 poin pernyataan Luther yang dipakukan di pintu gereja di Wittenburg pada 31 Oktober 1517 merupakan protes terhadap penjualan indulgensi. Selanjutnya, di negara-negara Protestan, hantu dianggap sebagai 'takhayul kaum Katolik'.

Perdebatan tentang keberadaan hantu tidak berhenti di situ. Bahkan, orang-orang beralih ke sains untuk menangani topik ini.

Pada abad ke-19, spiritualisme—sebuah gerakan baru yang mengklaim bahwa orang mati dapat berbicara dengan orang hidup—dengan cepat menjadi arus utama. Salah satu prakteknya menampilkan papan ouija, fotografi roh, dan sejenisnya.

Meskipun spiritualisme memudar dari budaya setelah Perang Dunia I, banyak pendekatannya dapat ditemukan pada 'pemburu hantu' zaman sekarang, yang sering berusaha membuktikan keberadaan hantu menggunakan teknik ilmiah.

Keyakinan soal hantu bukan hanya bagian dari dunia Kristen. Sebagian besar masyarakat, meskipun tidak semua, punya konsep 'hantu'. Di Taiwan, misalnya, sekitar 90% penduduk melaporkan melihat hantu.

Sebagaimana banyak negara Asia lainnya, seperti Jepang, Korea, Cina, dan Vietnam, Taiwan merayakan Bulan Hantu yang mencakup Hari Hantu, ketika hantu diyakini bebas berkeliaran di dunia orang hidup.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya