KERAJAAN Majapahit mulai melakukan ekspansi wilayah pasca Sumpah Palapa ke daerah timur. Satu wilayah yang dituju yakni Pulau Bali, berlokasi di sebelah timur Pulau Jawa.
Saat itu, mayoritas penduduk Bali menganut ajaran animisme, dinamisme, Hindu, dan Buddha. Jauh sebelum Majapahit masuk, Kerajaan Bali sudah menjadi salah satu kerajaan besar di Nusantara.
Bahkan, ketika Kerajaan Majapahit berusaha memperlebar kekuasaannya, pasukan yang dipimpin Mahapatih Gajah Mada nyaris mengalami kekalahan. Sulitnya menaklukkan Kerajaan Bali konon karena memiliki patih yang sakti mandraguna dan juga licik.
Mengenai fakta keberadaan kerajaan tersebut dapat ditemukan melalui bukti-bukti sejarah. Salah satunya adalah Prasasti Blanjong Sanur berangka tahun 836, yang menuliskan tentang nama-nama raja pada saat itu.
Mengenai sejarah Kerajaan Bali niscaya tidak dapat dilepaskan dengan masa kejayaan dan masa keruntuhannya. Di mana, konon Kerajaan Bali memiliki pusat pemerintahan pertama kalinya di Singhamandawa dan didirikan oleh Sri Ugranesa. Semasa pemerintahan Dharmodayana, Kerajaan Bali mengalami masa kejayaan.
Sistem pemerintahan menjadi semakin jelas. Di samping itu, hubungan antara Bali dengan Jawa semakin akrab dan dinamis sebagaimana dinukil dari "Hitam Putih Mahapatih Gajah Mada". Sesudah Dharmodayana mengawinkan Udayana dengan Mahendradatta, putri dari Makutawangsawardhana dari Dinasti Isyana yang berkuasa di Kerajaan Medang periode Jawa Timur.
Suatu ketika Kerajaan Bali memiliki seorang patih sakti mandraguna yang bernama Kebo Iwa. Karena kesaktian sang patih, Kerajaan Bali semakin tersohor dan kuat hingga tidak mudah untuk ditaklukkan oleh kerajaan- kerajaan lain.