Dan itulah yang dilakukan Henry. Dia akan menjadikan Anne Boleyn istrinya, berapa pun harga yang harus dibayarkan. Dia pun membuat gereja sendiri. Henry VIII memicu Reformasi Protestan dan mengubah kepercayaan Inggris. Perpecahan besar-besaran ini akan memicu konflik agama yang kejam yang berlanjut selama berabad-abad, tetapi Henry tidak peduli. Dia mendapatkan apa yang dia inginkan, dan hanya itu.
Selain memimpin perubahan besar-besaran yang membawa bangsa itu ke dalam raja yang terkenal itu, yang diejek karena kegemukannya, juga mengalami perubahan suasana hati dan paranoia yang begitu menakutkan.
4. Jadi musuh gereja
Mungkin jika Henry mengabaikan Paus, menceraikan Catherine, menikahi Anne, dan membiarkannya begitu saja, keadaan akan sedikit canggung, lalu berakhir baik-baik saja. Tapi bukan itu yang dilakukan Henry—dia melangkah lebih jauh. Pertama, dia membentuk Gereja Inggris dan menempatkan dirinya sebagai penanggung jawab. Kemudian, dia menandatangani Act in Restraint of Appeals, yang intinya mengatakan bahwa Roma tidak memiliki hak suara dalam masalah agama Inggris.
Paus tidak bisa lagi mengabaikan apa yang sedang dilakukan Henry. Dia secara resmi mengucilkan Henry, dan perpecahan antara Gereja Katolik dan Gereja Inggris selesai.
5. Bunuh biarawan hingga uskup terkemuka
Seakan-akan Henry tidak merasa cukup dengan bencana pernikahan keduanya, dia masih memiliki masalah revolusi agama yang harus dihadapi. Tokoh agama yang tak terhitung jumlahnya secara terbuka memberontak terhadap Gereja Inggris baru Henry. Namun dia telah belajar bagaimana menghadapi para pengkritiknya sejak awal masa pemerintahannya.
Hanya dalam beberapa tahun setelah perpecahan, Henry secara singkat mengeksekusi lusinan biarawan dan uskup terkemuka karena ‘pengkhianatan’.