SUPARDI alias Mbah Adi, salah seorang yang disegani lantaran menjadi algojo pada era penumpasan G30S PKI. Namun, kini hidupnya berubah usai mengalami ganggung jiwa.
Kini Mbah Adi dianggap aib keluarga, dan terpaksa meringkuk di pasungan selama puluhan tahun, di wilayah Desa Podorejo, Kecamatan Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.
“Karena badannya yang tinggi besar dan dikhawatirkan membahayakan orang lain, kerabat dan teman memutuskan untuk dipasung,” terang sahabat Mbah Adi, Kusnoto.
Mbah Adi tinggal di bangunan yang hanya berupa empat tiang kayu, dengan selembar terpal usang yang berfungsi sebagai atap pelindung panas dan hujan. Pihak keluarga sengaja menempatkan Mba Adi di sana. Sengaja disembunyikan agar orang lain yang bertandang tidak mudah mengetahuinya.
Tokoh yang pernah memimpin penumpasan pemberontakan G30S PKI 1965, kini terbelenggu dengan rantai sepanjang 5 meter di lantai gubuk, untuk membuat gerak hidup dan merebus air untuk membuat kopi sendiri.
Kondisi Mbah Adi berubah pasca tragedi kemanusiaan Gestapu. Usai menjalankan tugas sebagai algojo pencabut nyawa orang-orang yang dianggap antek dan anggota Partai Komunis Indonesia (PKI), Mbah Adi merantau ke Palembang, Sumatera Selatan.