Toleransi itu bisa dirasakan dari lingkungan masyarakat. “Pondoknya menarik karena berada di lingkungan pecinan dan masyarakatnya menerima dengan baik, saling berinteraksi dengan baik. Ini contohnya, top,” ujar Ganjar.
"Bahkan, ketika di pondok ini ada acara kebangsaan, tiba-tiba ada yang ngirim barongsai ke sini ikut merayakan. Kekurangan air dikirim air. Orang yang berbeda sukunya, berbeda agamanya, jadi biasa saling tolong menolong. Kita harus belajar dari Lasem ini,” imbuhnya.
Suasana di Ponpes Kauman Lasem, sambung Ganjar, layak dicontoh banyak orang sehingga tak perlu lagi ada konflik yang menyinggung SARA seperti agama, RAS, dan golongan.
"Saling tolong, saling bantu di Lasem ini sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Tidak ada orang yang menghitung-hitung agamanya, sukunya, golongannya. Dibantu-dibantu saja,” kata Ganjar.
(Arief Setyadi )