Lebih lanjut Doktor Komunikasi Politik itu menyatakan bahwa para pemilih potensial adalah para milenial dan generasi Z yang mencakup 60 persen dari jumlah seluruh pemilih di Indonesia mereka dan segala keunikannya merupakan potensi besar dalam Pemilu. Bukan hanya sekadar sebagai pemilih mereka dengan talenta berteknologi dan bermedia sosial mampu membuat konten konten segar yang suka atau tidak sangat efektif dalam penyampaian pesan dan informasi khususnya terkait pemilu.
“Pesta demokrasi harus merangkul dan membuat mereka mengerti bahwa martabat tidak bisa direduksi dengan uang dan identitas. Bermartabat berarti mereka benar benar bisa memilih atas dasar pikiran sehat, dan terhormat memilih berdasarkan kenyataan bahwa demokrasi tidak memberi jaminan kesejahteraan namun memberi jaminan mengenai kemanusiaan, kehormatan dan kesempatan,” katanya.
Dalam kesempatan ini Benny juga menyatakan bahwa para peserta Diskusi Publik ini diharapkan menjadi Agen Perubahan dalam upaya menggaungkan Pemilu Cerdas. Di mana dapat memberikan contoh dan edukasi politik kepada masyarakat di sekitarnya.
Para peserta Diskusi Publik ini dapat memulai dari keluarga dan komunitas untuk memberikan informasi bagaimana cara memilih Pemimpin misalnya dengan metode analisa kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) pada setiap calon calon pemimpin yang akan dipilih hingga benar benar didapatkan pemimpin yang benar benar efektif dan mampu bekerja sesuai ekspektasi masyarakat.
Dalam pernyataan penutupnya ia menyatakan bahwa demokrasi adalah suatu proses menjadi, oleh karena itu proses demokrasi adalah proses berkelanjutan yang mengoreksi hal hal yang salah dalam proses demokrasi tersebut.