Di Pulau Jawa, karhutla besar juga tengah terjadi dengan meluasnya kebakaran hutan dan lahan di Gunung Arjuno, Jawa Timur. Tercatat, sudah 4.403 hektare lahan dan hutan di Gunung Arjuno yang terbakar.
Dari informasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Batu, Jawa Timur, kebakaran lahan di Gunung Arjuno telah berlangsung selama 12 pekan yang dengan 149 titik api yang terpantau melalui udara. Meski begitu, baru 39 titik api yang berhasil dipadamkan di sekitar wilayah Batu dan Pasuruan.
BACA JUGA:
Puan berharap upaya pemadaman yang cepat dapat dilakukan untuk melindungi lingkungan, ekonomi, kesehatan, serta warisan sosial dan budaya yang berharga.
“Kebakaran dapat menghancurkan ekosistem alami dan mengakibatkan kerusakan lingkungan jangka panjang. Ini dapat mempengaruhi kualitas air, tanah, dan udara serta mengancam keberlanjutan sumber daya alam.,” ungkapnya.
BACA JUGA:
Gunung Arjuno yang terletak di Jawa Timur dikelilingi oleh hutan yang kaya akan flora dan fauna. Selain menyumbang polusi udara, karhutla di Gunung Arjuno juga memberikan dampak negatif bagi masyarakat di sekitar lokasi kebakaran.
"Hutan dan lahan yang gundul akibat kebakaran akan merusak ekosistem flora dan fauna. Jadi selain dampak pada kesehatan masyarakat, juga akan mengganggu habitat hewan dan tumbuhan yang berada di Gunung Arjuno," terang Puan.
Upaya pemadaman yang maksimal dengan melibatkan gabungan personel dan peralatan yang memadai pun diharapkan dapat dilakukan secara maksimal. BNPB Kota Batu sendiri sudah berencana menambah armada helikopter supaya water bombing atau pemadaman lewat udara semakain gencar dilakukan.
Namun upaya tersebut masih terkendala karena sekitar 31 helikopter yang ada saat ini masih terfokus pada penanganan Karhutla di wilayah lain yaitu di Karhutla Kalimantan dan Sumatera. Puan pun mengingatkan pentingnya langkah pencegahan dilakukan dengan seksama.
"Di saat musim kemarau tiba, Karhutla di Indonesia menjadi rentan. Terlebih angin kencang semakin membuat kebakaran meluas dan akhirnya membutuhkan peralatan yang lebih banyak," ucapnya.
"Padahal kebakaran hutan ini kerap terjadi di negara kita yang harusnya disiapkan langkah antisipasi dengan mengadakan peralatan yang memadai. Sehingga cukup untuk menyetop titik api di awal sebelum kebakatan meluas terjadi," tambah Puan.
DPR juga mendorong Pemerintah mengoptimalkan penggunaan teknologi, seperti satelit dan drone untuk pemantauan dan pemadaman yang lebih efisien. Di sisi lain, Puan juga menyayangkan adanya oknum yang dengan sengaja melakukan pembakaran hutan dan lahan demi kepentingannya sendiri.
"Pemerintah harus memberlakukan hukuman yang tegas bagi mereka yang bertanggung jawab atas kebakaran lahan yang disengaja. Dalam menghadapi ancaman kebakaran lahan, kesigapan Pemerintah adalah kunci," urainya.
Puan pun bercerita, belum lama ini ia mengunjungi kawasan wisata Dieng yang lokasinya dikelilingi oleh gunung-gunung. Ia menyebut, keindahan alam di kawasan pegunungan yang sangat memukau merupakan tanggung jawab bersama untuk melestarikannya.
"Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga alam kita, dan tindakan yang tepat dapat mengurangi dampak buruk dari kebakaran lahan dan melindungi kekayaan alam yang kita cintai," tukas Puan.
Lebih lanjut, Puan mengingatkan bahwa musim kemarau tahun ini kemungkinan akan lebih panjang dibanding tahun sebelumnya. Untuk itu, ia meminta Pemerintah untuk bersiap dengan kemungkinan terburuk bertambahnya karhulta di berbagai daerah.
"Musim kemarau yang panjang dan cuaca kering telah meningkatkan risiko kebakaran lahan di berbagai daerah di Indonesia. Saya berharap upaya pencegahan dan pemadaman yang cepat dapat dilakukan untuk melindungi alam dan rakyat kita," ujarnya.
Puan juga menekankan pentingnya kesadaran masyarakat. Hal ini mengingat karhutla dapat mempengaruhi masyarakat secara sosial dan budaya dengan mengancam rumah, harta benda, dan warisan budaya mereka.
“Masyarakat perlu diberitahu tentang pentingnya menjaga kawasan hutan dan lahan selama musim panas yang rentan terhadap kebakaran. Program kesadaran masyarakat harus ditingkatkan,” tutup Puan.
(Fakhrizal Fakhri )