Satu tahun kemudian Iran melanggar perjanjian itu, dan berbagai perundingan formal di Wina untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir itu menemui jalan buntu pada Agustus 2022.
Isu kepemilikan senjata nuklir ini menjadi salah satu yang disampaikan banyak pemimpin dalam sidang tahunan Majelis Umum PBB, termasuk Presiden Joe Biden.
"Amerika Serikat akan terus melakukan upaya dengan itikad baik untuk mengurangi ancaman senjata pemusnah massal dan memimpin dengan memberi contoh. Tidak peduli apa pun yang terjadi di dunia," ujarnya.
Biden menambahkan, "Tahun ini, kami dengan aman menghancurkan setidaknya amunisi kimia terakhir, persediaan AS, memenuhi komitmen kami menuju dunia yang bebas senjata kimia. Dan kami mengutuk DPRK (Korea Utara) karena terus melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB. Tetapi kami berkomitmen untuk melakukan diplomasi. Kami akan mewujudkan denuklirisasi Semenanjung Korea. Kami bekerja sama dengan mitra kami untuk mengatasi aktivitas destabilisasi Iran yang mengancam keamanan regional dan global dan tetap teguh pada komitmen kami bahwa Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir."
(Rahman Asmardika)