PARA tokoh Nahdlatul Ulama memberikan reaksi keras terhadap propaganda Partai Komunis Indonesia (PKI). Tepat pada 24 Mei 1947, NU menggelar Muktamar ke-17 di Madiun yang merupakan pusat kegiatan PKI nasional.
Reaksi itu merespons sikap PKI atau FDR (Front Demokrasi Rakyat), telah menyebar teror yang membuat masyarakat tercekam ketakutan. Terutama di wilayah Madiun dan sekitarnya, aksi pencurian, penganiayaan, perampokan dan pembunuhan merajalela.
ksi kejahatan yang terjadi lebih banyak menyasar tokoh agama, tokoh NU, tokoh Masyumi dan orang-orang kaya yang berstatus haji. Seiring itu beredar seruan gelap di masyarakat, jika ingin selamat jauhi tokoh agama, Masyumi, dan NU dan bergabunglah kepada PKI.
“Karena itu sebagai tandingannya NU juga menyelenggarakan kegiatan nasional di kota itu (Madiun),” demikian dikutip dari buku Benturan NU PKI 1948-1965 (2013).
NU sengaja mengambil lokasi Muktamar di Madiun yang sekaligus untuk memperlihatkan kekuatan umat Islam. Muktamar NU ke-17 Madiun dihadiri hampir seluruh pengurus besar NU.
Muktamar itu dihadiri seluruh elemen Syuriah dan Tanfidziah. Begitu juga pimpinan konsul atau wilayah dan cabang dari seluruh Indonesia. Acara dibuka oleh khutbah iftitah (pidato pembukaan) Rais Akbar NU Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari.
Mbah Hasyim Asy’ari yang juga kakek Gus Dur itu mengingatkan akan bahaya ajaran materialisme historis atau historis materialisme yang menjadi filsafat ideologi komunisme (PKI). Yakni ajaran yang berpandangan tiada realitas di dunia ini kecuali benda, tidak ada roh dan tidak ada alam gaib. Ajaran yang tidak mempercayai adanya kehidupan sesudah mati. Tidak hanya tercela, Mbah Hasyim juga menilai berbahaya karena dapat mempengaruhi penganutnya ke arah kekufuran dan penyimpangan.
“Bahaya besar ini tidak akan terelakkan bila sudah tertanam dalam hati serta jiwa pemuda kita dan yang demikian itu akan mengubah keyakinan dasar mereka terhadap agama Islam yang kita anut,” kata Mbah Hasyim seperti dikutip dari Khutbah Iftitah yang disampaikan dalam Muktamar ke-17 NU di Madiun 24 Mei 1947.
Dalam khutbah iftitahnya Mbah Hasyim juga berseru kepada seluruh umat Islam untuk bergerak, menyatukan kekuatan dan merapatkan barisan.