Masih diperdebatkan siapa yang melepaskan tembakan pertama namun pertempuran dengan cepat meningkat di berbagai wilayah di negara tersebut. Menurut lembaga swadaya manusia (LSM) Acled Pertempuran tersebut telah menewaskan sedikitnya 7.500 orang dan membuat jutaan orang mengungsi.
Setelah pengunduran dirinya pada pertengahan September lalu, utusan PBB untuk Sudan, Volker Perthes sangat kritis terhadap kedua jenderal tersebut yang menurutnya telah memilih untuk menjerumuskan negara ke dalam perang.
Perthes menyalahkan RSF atas kekerasan seksual, penjarahan dan pembunuhan di wilayah yang dikuasainya. Dia juga mengutuk angkatan bersenjata Sudan atas pemboman udara tanpa pandang bulu.
Pejuang RSF ditempatkan di wilayah perkotaan yang padat penduduknya dan militer Sudan tampaknya memandang wilayah tersebut sebagai target yang sah.
Adapun AS telah menjatuhkan sanksi terhadap para pemimpin RSF termasuk Jenderal Dagalo, tetapi Barat juga sangat kritis terhadap Jenderal Burhan karena perannya dalam menggusur partai terkemuka Sudan dalam kudeta pada 2021.
(Susi Susanti)