5 Fakta Kevin McCarthy Dipecat Dari Ketua DPR AS

Assyifa Eka Putri, Jurnalis
Rabu 04 Oktober 2023 18:06 WIB
Kevin McCarthy. (Foto: Reuters)
Share :

WASHINGTON – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat (DPR AS) Kevin McCarthy diturunkan dari jabatannya oleh sejumlah anggota Partai Republik pada hari Selasa, (3/10/2023).

Dilansir dari Reuters, hasil akhir pemungutan suara adalah 216-210 menandai bahwa peristiwa ini adalah yang pertama kalinya dalam sejarah AS bahwa para anggota DPR mencopot jabatan pemimpinnya melalui mosi tidak percaya.

Selama satu minggu ke depan, DPR AS akan berjalan tanpa adanya seorang pemimpin. Beberapa anggota Partai Republik yang tergabiung dalam DPR mengatakan bahwa pembahasan mengenai pengganti McCarthy akan diadakan pada 10 Oktober 2023, dilanjut dengan pemungutan suara untuk memilih ketua DPR yang baru pada 11 Oktober 2023.

Untuk mengetahui lebih dalam tentang pencopotan jabatan Kevin McCarthy sebagai ketua DPR AS, berikut ini adalah fakta-fakta dibalik peristiwa bersejarah tersebut.

1. McCarthy menyatakan tidak akan mencalonkan diri sebagai ketua DPR lagi

Berdasarkan laporan AP News, McCarthy mengungkapkan kepada rekan-rekannya bahwa ia tidak ingin mencalonkan diri sebagai ketua DPR lagi dalam sebuah konferensi pada Selasa malam untuk membahas langkah selanjutnya.

"Alasan Kevin McCarthy kalah hari ini adalah karena tidak ada yang mempercayai Kevin McCarthy," ungkap Anggota Kongres AS Matt Gaetz kepada para wartawan setelah pemungutan suara, sebagaimana dikutip AP News.

"Kevin McCarthy telah membuat banyak janji yang kontradiktif, dan ketika semua itu jatuh tempo, dia kehilangan suara dari orang-orang yang bahkan mungkin secara ideologis tidak setuju dengan saya dalam segala hal," tambahnya.

Ketidakpercayaan ini muncul ketika McCarthy dianggap tidak pernah “menyelesaikan” semua pekerjaan dan janji-janjinya kepada masyarakat juga pemerintah.

2. Dituduh membuat “kesepakatan rahasia” dengan Presiden Joe Biden 

Gaetz menuduh McCharty telah melakukan “diskusi rahasia” dengan Biden untuk meloloskan Rancangan Undang-Undang (RUU) mengenai pendanaan jangka pendek untuk bantuan Ukraina, beberapa jam sebelum pemerintah “ditutup”.

Namun, pihak dari McCarthy membantah rumor tentang “diskusi rahasia” dengan Biden. Pihaknya juga membantah telah membuat kesepakatan dalam bentuk apapun sebagai imbalan untuk suara Partai Demokrat dalam pemungutan suara.

3. Pelengseran ketua DPR AS tidak pernah terjadi dalam sejarah AS

Dikutip dari CBS News, pemecatan seorang ketua DPR AS belum pernah terjadi sepanjang sejarah AS, melihat pemecatan tersebut diajukan melalui mosi tidak percaya yang berujung diadakannya pemungutan suara. 

"Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Kami tidak pernah memiliki seorang pembicara yang digulingkan melalui mosi pengunduran diri," kata Direktur Program Legislatif di George Washington University Casey Burgat.

Pemungutan suara ini membuat Kongres berada dalam situasi asing yang belum pernah terjadi, di mana mereka harus memperbarui program-program subsidi pertanian dan nutrisi, meloloskan rancangan anggaran pemerintah, dan mempertimbangkan bantuan lebih lanjut untuk Ukraina.

4. DPR AS membuka debat untuk pertama kali di zaman modern

DPR AS kembali membuat peristiwa sejarah baru di mana untuk pertama kalinya mereka membuka debat kembali di zaman serba teknologi ini. Para anggota diketahui melakukan debat dengan satu sama lain selama lebih dari satu jam.

Gaetz yang memimpin perdebatan tersebut mengkritik kesepakatan yang dibuat McCarthy dan Biden. Ia juga selalu merujuk kepada kemampuan mantan ketua DPR AS untuk menyelesaikan pekerjaan dan menepati janji-janjinya.

Pendukung McCarthy tentu membela dan menyatakan bahwa McCarthy telah menepati janjinya. Mereka juga bersikeras tidak membuat kesepakatan dengan Partai Demokrat untuk terus menjabat sebagai ketua DPR.

5. Matt Gaetz menjadi tokoh utama di balik pencopotan jabatan McCarthy

Matt Gaetz adalah seorang anggota Kongres AS, sekutu utama mantan Presiden AS Donald Trump, dan juga saingan dari McCarthy. Ia adalah salah satu dari sekian banyak anggota Partai Republik yang secara konsisten menentang kepemimpinan McCarthy.

Ia juga memimpin proses pemungutan suara yang diadakan setelah pengajuan mosi tidak percaya utnuk menggulingkan ketua DPR. Gaetz kemudian mengajukan Pemimpin Mayoritas DPR Steve Scalise untuk ditunjuk menjadi ketua DPR menggantikan McCarthy.

Gaetz mengungkapkan bahwa DPR harus memiliki seorang pimpinan yang dapat memajukan agenda konservatif. Tindakan Gaetz tentunya mengundang ketidaksukaan bagi pendukung McCarthy, yang menganggap bahwa pemungutan suara ini hanya mengundang “kekacauan”

Menanggapi hal tersebut, Gaetz mengatakan bahwa setelah 15 kali pemungutan suara untuk menjadi ketua, delapan bulan gagal memenuhi jabatan, hingga berujung pemecatan bersejarah, DPR perlu mencari orang lain yang dapat “bekerja dengan baik".

(Rahman Asmardika)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya